Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 1999

Sengketa Tanah Berujung Tembakan

Bentrokan sengketa tanah meletus di Tanjungmorawa, Cianjur, dan Jember. TAYANGAN di televisi itu sungguh mengenaskan. Pasukan berseragam dari Brigade Mobil Kepolisian RI itu tampak merang segerombolan massa petani dan mahasiswa yang tengah berunjuk rasa di depan kantor pusat PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, di Tanjungmorawa, Sumatra utara (Sum-Ut). Para polisi itu menendang dan memukulkan popor senjatanya ke setiap orang yang berada di dekatnya. Sejenak kemudian terdengar bunyi tembakan. Pasukan polisi, yang seharusnya mengayomi rakyat itu, mulai menembakkan senjatanya ke arah massa. Tak hanya menggunakan peluru kosang atau karet, tapi juga peluru tajam. Massa pun langsung kocar-kacir. Meski massa sudah bubar, para petugas itu terus melakukan penyisiran sampai ke rumah-rumah penduduk dan tempat ibadah di sekitar lokasi bentrokan. Petani atau mahasiswa yang tertangkap segera saja diseret dan dipukuli. Malah, ada pula yang ditembak dari jarak dekat. Ovredi Harefa, relawan Perhimpunan B

Menahan Laju Golkar dan Habibie

Beberapa partai besar melahirkan komunike bersama. Langka awal ke arah koalisi guna menghadang Golkar dan Habibie. TIADA jalan lain selain merintis koalisi dari sekarang. Pikiran itulah agaknya yang ada di benak pemimpin partai yang enggan melihat Partai Golkar berjaya lagi dan B.J. Habibie menjadi presiden kembali untuk periode 1999-2004. Ya, setelah Golkar resmi mengumumkan Habibie sebagai calon presiden tunggalnya pada 14 Mei lalu, garis demarkasi itu jelas sudah. Seperti kata Sekretaris Jenderal Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) Hayono Isman, sekarang ini di arena politik ada dua kekuatah besar. Yang pertama adalah pendukung Habibie sebagai preiden. Mereka sudah kompak karena calonnya tunggal. Kubu yang lain adalah yang tak mendukung dia sebagai presiden. Mereka belum kompak karena belum punya calon tunggal. Sebenarnya, meskipun orang dekat Habibie, Jimly Ashshiddiqie, mengklaim jagonya akan mendapat dukungan setidaknya dari 20 partai lain, jalan Habibie kembali ke kursi presiden

Akar Konflik Massa NU Ja-Tim

APAKAH NU punya anak kandung berupa partai politik? Kalau punya, apa? PKB semata wayangkah? Jika ya, bagaimana status partai lain yang juga berpanjikan NU? Itulah sederet pertanyaan yang kalau salahsalah menjawab berpotensi mengobarkan pergesekan keras dalam musim kampanye sekarang. Di Jawa Timur (Ja-Tim) sendiri, yang selama ini merupakan basis utama NU, gesekan itu semakin terasa. Dan yang paling tampak adalah atara PKB dan PPP. Persoalan utama antara PKB dan PPP di Ja-Tim adalah adanya upaya PKB untuk menarik kembali umat NU yang sejak penyederhanaan partai pada tahun 1973 bergabung dengan partai yang kini dipimpin Hamzah Haz itu. Adapun pangkal masalah PKB dengan tiga partai lain yang berbasiskan massa NU juga--PNU, PKU, dan Partai SUNI--kurang lebih serupa. Klaim sebagai representasi tunggal ini menurut kubu PKB sangat berdasar. Seperti kata Hasyim Muzadi, Ketua Pengurus Wilayah NU Ja-Tim, yang mendukung kelahiran PKB banyak dari pengurus NU. Selain itu, PKB dilahirkan oleh strukt

Adakah Tarekat Pemicunya

Tarekat Khalidiyh yang konon diikuti masyrakat Madura di Sambas dituding sebagai pemicu konflik. TENTU bukan salah tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyah jika nama tarekat ini tiba-tiba muncul akhir-akhir ini. Ini berawal dari analisis Prof.Dr.Parsudi Suparlan, antropolog Universitas Indonesia, yang diminta meneliti soal kerusuhan di Sambas oleh Mabes Polri dua bulan lalu. Konflik yang telah menewaskan ratusan orang yang terdiri dari etnis Madura, Melayu, dan Dayak itu sangat kuat dipicu dari eksklusifisme masyarakat Madura yang sebagian besar menganut tarekal Khalidiyah. Ini memang temuan Parsudi yang memang harus diteliti lebih lanjut. "Karena, orang Madura pemeluk tarekat ini kan merasa bahwa dirinya paling istimewa. Mereka memperoleh perlindungan dari kalifah dan mursyid-nya," katanya. Memang, kata Parsudi, tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyah membuat mereka beradab. "Tapi, dilihat dari kacamata hubungannya dengan orang Melayu, mereka menjadi eksklusif. Nah, akhirnya, semu

Caleg: Wakil Rakyat Pilihan Partai

Konon, partai-partai kesulitan mencari caleg. Dan, kaum perempuan belum terwakili dalam caleg dari sisi kuantitas. MAKHLUK apakah gerangan yang disebut caleg atau calon anggota legislatif itu? Yang terang, mencari caleg ternyata tak mudah, apalagi buat partai politik yang baru pertama kali ikut pemilihan umum. Sampai-sampai, Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) memasang iklan lowongan caleg di harian Terbit, Jakarta, akhir April lalu. Ketua umum partai itu, H. Rasyidi, mengaku kesulitan mencari kader. Hasil iklan itu? Ia tak bercerita. Terkesan SPSI tak mau sembarangan memilih caleg. Sebab, "makhluk" inilah nanti yang bakal menentukari apakah sistem demokrasi tegak di Indonesia atau tidak, apakah caleg loyal kepada partai atau kepada rakyat; apakah caleg berani mendamprat pemerintah atau menunggu gaji naik dengan aktivitas datang, duduk, dengar, diam? Karena itu, mau tak mau, kualitas DPR nanti tergantung pada kualitas caleg partai-partai. Bila ada partai sampa

Jacob Menipu Lagi

Mantan Ketua Tim Konsultasi Cendana, Johanes Jacob, menjadi tersangka kasus penipuan. BAGAIMANA kabar Johanes Jacob? Dari Surabaya terdengar kabar tak enak: mantan Ke tua Tim Konsultasi Cendana (TKC) itu menjadi tersangka dalam kasus penipuan. "Memang ia (Johanes) diperiksa di sini, sebagai tersarigka. Tapi belum ada penahanan," kata Kolonel (Pol.) R.M. Ediana, Kepala Direktorat Serse Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur. Menurut sumber D&R di Polda Jawa Timur, pemeriksaan Johanes berawal dari pengaduan seorang bernama Fery sekitar dua bulan lalu. Dalam pengaduan itu, Fery mengaku dirugikan Johanes dalam transaksi jual-beli kuda. Uang pembelian sudah disetor, tapi kuda tak kunjung dikirim. Maka, polisi pun memanggil Johanes. Saat diperiksa, pria kelahiran Rote, Nusa Tenggara Timur, menceritakan soal jual-beli kuda tersebut. Johanes mengaku membuat perjanjian jual-beli dengan Kuo Chu San, pria asal Taiwan. Mengenai orang bernama Fery, ia mengaku tak kenal sama sekali. Aneh

Pahitnya Nasib Petani Tebu

Pembebasan bea impor gula mencekik petani tebu dan pabrik-pabrik gula. Indonesia tidak akan mampu swasmbada gula. GULA pasir Impor membanjiri Tanah Air belakangan ini. Harganya pun lebih murah dari harga gula domestik. Lo, ada apa? Jelas, ini karena kebijakan pemerintah, menuruti saran Dana Moneter International (IMF), membebaskan tata niaga gula dan menghapus tarif bea masuk impor gula sejak Januari 199#. Kebijakan yang dibuat lebih dari setahun lalu itu baru terasa sekarang. Ketika kurs rupiah di atas Rp 10 ribu per dolar, belum ada pengusaha berani mengimpor gula. Ketika itu, petani tebu Indonesia sempat menikmati keuntungan karena harga gula naik jadi sekitar Rp 3.600 sekilo di pasar eceran dan Rp 3.100 sekilo di tangan produsen, sampai awal tahun 1999. Namun, kini setelah nilai rupiah menguat, gula impor membanjiri pasaran Indonesia, karena hargnya relatif murah. Banjir gula ini membuat harga gula lokal anjlok jadi Rp 2.950 (21,6 persen) di pasar eceran dan di tingkat produsen anj

Triliunan Dana KUT Bocor

Pengalihan kredit usaha tani dari perbankan ke Departemen Koperasi membuat plafon kredit membubung dan bocor di beberapa tempat. Pelaksanaannya pun ditunggangi sejumlah partai. TAK hanya jaring pengaman sosial yang bocor dan di klaim oleh sejumlah partai, salah satunya Partai Golkar, sebagai program partai bersangkutan. Bocor dan klaim sejumlah partai juga terjadi di sektor kredit usaha tani (KUT) yang menyalurkan kredit sebesar Rp 6,5 triliun. Sejak Desember 1998, KUT ini dimassalkan dan pelaksanaannya dialihkan dari Bank Indonesia ke Departemen Koperasi/Pengusaha Kecil dan Menengah (Depkop). Sesuai dengan hasil sidang kabinet terbatas bidang ekonomi, keuangan, dan industri, Direksi Bank Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 31/164/Kep/Dir yang mengalihkan pelaksana KUT dari bank pemerintah ke Depkop. Bank yang ditunjuk pemerintah tidak lagi bertindak sebagai pelaksana (executing agent) melainkan hanya bertindak sebagai penyalur (channeling agent). Alasan pemerintah, disamping

Melawan Setan di Bromo

Lia Aminudin yakin telah memerangi setan di Bromo atas petunjuk Jibril. Lalu? LIA AMINUDIN yang mengaku menjadi Bunda Maria dan Imam Mahdi itu pada hari Sabtu. 24 April lalu, datang ke puncak Gunung Bromo, Jawa Timur, tanpa diketahui banyak orang. Rombongan Lia yang terdiri sekitar 47 orang, termasuk Pendeta Damar Musa Saleh dari Majelis Gereja Penghayatan dan Pengambangan Firman Allah, Bekasi, Jawa Barat, bemiat menaklukkan setan-setan yang berpusat di Bromo. Bromo? Menurut Lia, semua informasi tentang setan itu diketahui melalui sabda Jibril, yang ia sebut dengan gelar syekh (guru). Tak hanya puncak Bromo, yang terkenal dengan acara Kasada (Hindu) serta kawahnya yang bisa dihampiri pengunjung. Berdasarkan info Jibril, Lia juga akan mendatangi Gunung Kawi, Candi Prambanan. Candi Borobudur, dan pantai selatan. Tempat-tempat itu diyakini Lia-sebagai tempat bersemayam para setan dengan aman. Karena melawan setan, Lia tak membutuhkan badik, parang, ataupun senapan angin. Acara perang itu

Pengungsi Madura, Nasibmu Kini...

Survei Pemda Bangkalan menunjukkan, sebagian besar pengungsi Madura dari Kal-Bar memilih tinggal di Pulau Garam dan menolak relokasi. BUPATI Bangkalan M. Fatah kelabakan akibat banjir pengungsi Madura korban keru suhan etnis di Sambas, Kalimantan Barat (Kal-Bar). Hingga kini, pengungsi yang kondisinya sangat memperihatinkan itu jumlahnya sudah 12.373 jiwa. Repotnya, ada di antara mereka yang mengalami depresi berat akibat pengalaman yang traumatis itu. Dan, kebanyakan dari mereka memilih menghindar jika didekati petugas Pemerintah Daerah (Pemda) Bangkalan atau aparat keamanan setempat. "Kalau didekati petugas, mereka langsung sembunyi dan berteriak-teriak histeris, "Jangan tembak..., jangan tembak!" Akibat stres berat itu, mereka banyak yang tidak mau makan," ujar M. Fatah dalam diskusi "Mencari Solusi Pengungsi Sambas di Madura", Kamis, 29 April lalu di Surabaya. Di Bangkalan dan Sampang, Madura (Jawa Timur), para pengungsi menempati rumah-rumah penduduk.