Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2008

Setelah Lepas Tali Sepatu

SELASA dua pekan lalu, Maftuh Fauzi masih dalam keadaan sadar di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. “Ngomong-nya juga masih lancar,” kata ibundanya, Mumfatimah, 54 tahun. Keadaan berubah drastis ketika Maftuh dikirim ke Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, malam itu. Mahasiswa Akademi Bahasa Asing Universitas Nasional korban kekerasan polisi itu langsung masuk ruang gawat darurat. Esoknya, dokter mengabarkan: Maftuh koma dan sakit parah. Setelah itu, Maftuh masuk ruang isolasi, dan kedua orang tuanya hanya bisa menunggu di luar. Selang dua hari, dokter memberikan kabar duka: Maftuh wafat sekitar pukul 11.20. Menjelang sore, jenazahnya dibawa keluarga ke rumahnya di Desa Adikarto, Kelurahan Adimulyo, Kebumen, Jawa Tengah. Cerita Maftuh bermula pada 23 Mei lalu. Hari itu, pria 27 tahun ini kuliah malam. Dari tempatnya bekerja sebagai anggota staf marketing, ia langsung ke kampus. Sudah empat bulan dia bekerja di perusahaan itu. Sekitar pukul 21.00, ia berencana pulang.

Menimbang Pasal Salah Kamar

ADA yang berbeda dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Jumat dua pekan lalu. Kursi yang semula penuh terisi menjadi berkurang separuhnya menjelang tengah malam, ketika pengesahan Qanun tentang Partai Politik Lokal itu. “Banyak anggota Dewan yang keluar, termasuk saya,” kata Amir Fauzi, juru bicara Fraksi Partai Golkar. Dari 56 anggota Dewan, hanya 33 yang tetap bertahan di dalam ruangan. Mereka yang “walk out” adalah anggota Dewan yang tak setuju masuknya pasal tentang kewajiban bisa membaca Al-Quran bagi anggota legislatif dari partai nasional. Akhirnya, ketika voting, semuanya satu suara karena pemilik suara berbeda sudah angkat kaki. Pengesahan qanun ini, lepas dari kontroversi pasal tentang ketentuan baca Al-Quran, memang ditunggu masyarakat Aceh. Berbeda dengan daerah lain, Aceh memerlukan qanun (peraturan daerah) untuk mengatur partai politik lokal yang akan mengikuti Pemilihan Umum 2009. Daerah ini, berdasarkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Ac

Beku Dulu, Larang Kemudian

RAPAT itu tertunda oleh sebuah pengumuman penting. Masuk melalui pesan pendek, sang pemberi kabar memastikan surat keputusan bersama tiga menteri tentang Ahmadiyah diteken sudah. Nong Darol Mahmada, aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, tak percaya keputusan itu diumumkan begitu cepat. “Kami mengecek informasi itu di Internet dan radio,” kata Nong. Tim advokasi Ahmadiyah Jan Husein Lamady juga segera dikabari. “Dia mengaku juga baru tahu soal keputusan itu.” Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, dan Jaksa Agung Hendarman Supandji, Senin pekan lalu, mengumumkan keluarnya keputusan tentang Ahmadiyah. Intinya, penganut Ahmadiyah diminta menghentikan penyebaran keyakinannya, sedangkan kelompok Islam lainnya diminta tak melakukan tindakan di luar hukum terhadap mereka. Awalnya rapat Nong dan kawan-kawan itu digelar untuk membahas perkembangan insiden Monas. Itulah saat sekelompok orang dari Komando Laskar Islam menyerang aksi damai y

Robohnya Patung Nona

TAK ada lagi patung perempuan muda menenteng keranjang buah di pintu masuk perumahan elite Kampoeng Paradise, Pekalongan, Jawa Tengah. Awalnya, patung itu dibuat sebagai penanda kompleks berarsitektur gaya Prancis ini. “Patungnya sudah lama diturunkan,” kata Adri Sulistia Nugraha, Manajer Proyek PT Arta Kibar, kontraktor Kampoeng. Si Nona lenyap sejak tiga bulan lalu. Pada suatu malam, 30-an orang beratribut Front Pembela Islam menimpukinya dengan batu. Nona yang berdiri di ketinggian tiga meter itu babak-belur. Tubuhnya bopeng di sana-sini. Para penyerang juga berusaha merobohkan sang Nona, tapi buru-buru dicegah Adri, yang sedang berpatroli. Saat berdialog, para penyerang mengira si Nona itu Bunda Maria. “Mereka mengira di perumahan ini ada kristenisasi,” kata Adri. Ia lalu menjelaskan bahwa itu patung Trevi, lambang panen raya di Versailles, Prancis. Sama-sama perempuan. Bedanya: Bunda Maria membopong bayi, Trevi menggendong keranjang buah. Penjelasan itu ternyata tak memuaskan sehi

Habis Dana, Museum Dilepas

BANGUNAN bernomor 12 di Jalan Mangga, Tambaksari, Surabaya, itu tak banyak berbeda dari rumah di sekitarnya. Di tengah kepadatan perkampungan, bangunan bercat putih pucat ini hanya dikenali dari atapnya yang lancip dan tinggi. Hanya dari jarak kurang-lebih 15 meter kita bisa mengenali aroma sejarah bangunan ini: papan nama bertulisan “Rumah Cagar Budaya” dan patung Wage Rudolf Soepratman bersama biola setinggi dua meter di halamannya. Sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, Soepratman disebut dalam buku-buku pelajaran tentang sejarah berdirinya republik ini. Tapi bukan karena itu namanya belakangan ini ramai diperbincangkan orang. Ihwalnya tak lain karena pengelola museum, Lembaga Pengkajian Kota Pahlawan, sedang menjajakan rumah yang berstatus museum ini seharga Rp 4,5 miliar. Tempo mengunjungi museum itu Rabu sore pekan lalu. Dari rekaman di buku tamu, tak banyak yang datang ke tempat bersejarah ini. Hari itu, misalnya, hanya ada satu nama yang tercatat di buku tamu. Sehari