Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2008

Tujuh Persen yang Luar Biasa

INILAH ironi Partai Kebangkitan Bangsa. Menang dalam Pemilu 2004 di Jawa Timur, kini jagonya keok dalam pemilihan gubernur. Perhitungan cepat dari sejumlah lembaga survei memastikan pasangan Achmady-Suhartono, yang disorong partai kaum nahdliyin, berada dalam urutan buncit, dengan menjumput hanya 7,8 persen suara. Dalam pemilihan kepala daerah pada Rabu pekan lalu, Achmady bersaing dengan calon “berbau” pesantren lainnya. Khofifah Indar Parawansa, misalnya, adalah Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama. Ali Maschan Moesa, yang mendampingi calon gubernur dari Golkar, Soenarjo, adalah bekas Ketua Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Ada pula Saifullah Yusuf, yang kini Ketua Gerakan Pemuda Ansor. Nama Achmady disorongkan sebagai calon gubernur berdasarkan kesepakatan internal PKB Jawa Timur pada September 2007. Selain Achmady, yang dielus-elus sebagai jago adalah Haris Sudarno dan Djoko Subroto–keduanya bekas Pangdam V/Brawijaya–dan peneliti Hermawan Sulistyo. Minus Hermawan, nama tiga calon lalu dikirim

‘Ngalap Berkah’ Bintang Sembilan

PRIA 58 tahun ini disambut bak kiai. Minggu pagi pekan lalu, puluhan orang menyalaminya, sebagian mencium tangan, saat ia tiba di panggung yang berada di lapangan berdebu depan rumah susun Sombo, Simokerto, Surabaya. Achmady, calon yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa, hari itu memulai kampanye hari pertamanya sebagai calon Gubernur Jawa Timur. Sebelum Achmady datang, juru kampanye sudah mengenalkannya sebagai calon yang resmi didukung Ketua Dewan Syura PKB Abdurrahman Wahid. Bekas Bupati Mojokerto dua periode ini datang bersama calon wakil gubernur Suhartono. Menjajakan konsep “Jawa Timur Adil Makmur”, pasangan ini menjual kupon berlogo PKB seharga Rp 2.000, yang bisa ditukar dengan dua kilogram beras. Dalam pekan-pekan ini, Achmady-Suhartono dan empat pasang calon lainnya menggelar kampanye akhir sebelum hari pencoblosan 23 Juli. Empat lainnya adalah Soekarwo-Sjaifullah Yusuf, Soenaryo-Ali Maschan Moesa, Sutjipto-Ridwan Hisyam, dan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono. Soekarwo diusun

Haji Bul Tak Datang ke Arroyan

SISWA sekolah menengah pertama di Pesantren Arroyan, Pekanbaru, Riau, sudah menunggu kedatangannya Selasa pekan lalu. Pendiri pesantren itu, Bulyan Royan, dijadwalkan bertemu dengan 78 siswa dalam acara penerimaan siswa baru. “Kami semua sangat merindukan beliau,” kata Indra Daulay, sang kepala sekolah. Ini rencana kedua, setelah sang pendiri batal menghadiri acara perpisahan siswa awal Juni lalu. Kali ini pun, ternyata, rencana itu tak kesampaian. Sehari sebelumnya, Bulyan, yang akrab disapa Haji Bul, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta karena dugaan kasus suap. Bulyan adalah putra sulung H Royan, pendiri Pesantren Babussalam di Pekanbaru. Pesantren yang terletak di Jalan Subrantas ini didirikan pada 1973. Keluarga besar Royan juga bermukim di kompleks seluas hampir lima hektare yang menghimpun 1.200 siswa itu. Royan berasal dari Rokan Hilir, sebelum akhirnya pindah ke Pekanbaru pada 1960. Di kota ini, Royan memulai bisnisnya dengan mendirikan CV Arroyan. Badan usaha ini