Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2003

TNI Kembali Dituding Menyiksa Warga Sipil

29 Mei 2003 TEMPO Interaktif, Bireuen: TNI kembali dituding menyiksa dan menembak mati warga kampung, yang bukan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Peristiwa itu terjadi di Desa Lawang, Kecamatan Peudada, kurang lebih 15 kilometer dari Kota Bireuen, Selasa (27/5) pagi. Ketika dimintai konfirmasi, Juru Bicara Komando Operasi TNI Letkol Ahmad Yani Basuki mengakui ada oknum prajurit TNI dari Batalyon Infanteri 144 yang melakukan kekerasan pada warga kampung itu. Namun, Yani Basuki juga menegaskan bahwa warga yang ditembak mati, Abu Bakar (35 tahun), adalah anggota GAM yang diduga terlibat dalam aksi perampasan KTP milik warga. “Ada bukti sekarung KTP yang ditemukan aparat,” katanya. Meski begitu, istri korban, Aisyah (30 tahun) menuturkan versi lain kematian suaminya. Menurutnya, Abu Bakar diambil di rumahnya, Selasa (26/5) pagi, dipukuli, dibawa ke belakang rumahnya lalu ditembak mati. Aisyah juga mengaku melihat bagaimana pasukan TNI berseragam loreng dan membawa senjata api masuk ke d

Healing Old Political Wounds

A victim of the 1965 incident is planning a reconciliation meeting and will invite the Suharto and D.N. Aidit families. ONE evening in 1994 Sugiharto felt frustrated and bitter. Incidentally he heard Yasser Fito Anugerah, his son, who was in grade V of the elementary school, learn by heart the names of the heroes of the revolution and later on the names of the Revolutionary Council members--who were on the opposite side. Yasser, 11 at that time, was too small to know: the name of one of the Revolutionary Council members he read was Brig. Gen. Supardjo, that of his own grandfather's. Sugiharo is the third of Supardjo's 12 children. The man who is now 50 finally laid out his family's history to Yasser, 21, and another son, Mohammad Hamzah Harlo Ortega, 16, after they both sat in senior high school. About their grandfather in particular, who was nicknamed "the red general" and was recorded as a traitor in the history of the New Order. "I thought then, let it not

Bola Salju Mengobati Luka

Keluarga korban Peristiwa 1965 merintis rekonsiliasi. Akan mengundang keluarga Soeharto dan keluarga D.N. Aidit. GUNDAH dan getir menyesak dada Sugiharto pada suatu malam, 1994. Tanpa sengaja ia mendengar Mohammad Yasser Fito Anugerah, anaknya yang duduk di kelas V SD, menghafalkan nama-nama pahlawan revolusi, kemudian beberapa nama anggota Dewan Revolusi--yang berada di pihak berseberangan. Yasser, 11 tahun ketika itu, terlalu kecil untuk tahu: satu di antara nama anggota Dewan Revolusi yang dibacanya, Brigjen Supardjo, adalah kakeknya sendiri. Sugiharto adalah anak ketiga--dari 12 bersaudara--Supardjo. Pria yang kini berumur 50 tahun itu akhirnya membeberkan sejarah keluarganya kepada Yasser, 21 tahun, dan satu anaknya yang lain, Mohammad Hamzah Harlo Ortega, 16 tahun, setelah keduanya duduk di bangku SMA. Terutama tentang kakek mereka, yang dijuluki "Jenderal Merah" dan dicatat sebagai pengkhianat oleh sejarah Orde Baru. "Pikiran saya waktu itu, jangan sampai ini menj

Demam 'Turne' Presiden Golkar

Sejumlah orang yang disebut-sebut akan dicalonkan Golkar sebagai presiden telah membentuk tim sukses. Mereka bergerilya ke sejumlah daerah. KANTOR Pusat Partai Golkar Semarang, Jawa Tengah, Jumat pekan lalu mendadak meriah. Pengurus Partai Beringin di tingkat provinsi dan kabupaten provinsi itu tumpah-ruah. Semua rapi-jali: ada yang berjas, ada pula yang berbatik-ria. Hari itu mereka kedatangan tamu penting dari Jakarta, yakni Jenderal (Purn.) Wiranto. Bekas Panglima TNI ini disebut-sebut sebagai salah satu calon presiden 2004 asal Golkar. "Kehadiran Pak Wiranto ke sini untuk mencari dukungan menjadi calon presiden," kata H. Suhud, Wakil Ketua Golkar Jawa Tengah. Aksi Wiranto turne berkeliling daerah itu hanya salah satu gerilya calon presiden Golkar. Setelah Partai Beringin meniatkan diri mencari calon presiden di luar partai, ramai-ramai orang mendekati dan didekati pengurus Golkar. Selain Wiranto, mereka yang disebut-sebut akan diusung Golkar menjadi presiden adalah Agum G

Benang Raja Diusung Balon

Polisi menangkap "Panglima Perang RMS". Tentara mengisolasi markas FKM. SEKITAR sepuluh pria berseragam mengendap di seputar rumah di RT 01, RW 04, Dusun Batu Bulan, Kelurahan Batu Gajah, Sirimau, Ambon. Malam baru saja turun, Sabtu dua pekan lalu itu. Begitu pintu rumah yang diketuk terkuak, satu di antara pria berseragam itu menodongkan pistol seraya menyergah: "Anda sudah dikepung polisi!" John Rea, yang sedang rapat mempersiapkan peringatan gerakan Republik Maluku Selatan ke-53, pada 25 April, tak berkutik. Delapan kawannya peserta rapat juga diringkus. Dua di antara mereka mencoba kabur lewat pintu belakang. Gagal: di sana dua polisi sudah siap mengacungkan pistol. Polisi menduga John sebagai Panglima Perang RMS, gerakan yang masuk daftar separatis. Apalagi dalam penggerebekan itu polisi menemukan "Surat Panglima Perang RMS" dengan nomor 01/APRMS/KEP/2002, tertanggal 20 Mei 2002, yang ditandatangani John sebagai "Kepala Pemerintahan Darurat di Ta