Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 1997

Patgulipat Aset Pemda Surabaya

DPRD KMS merasa dilangkahi dalam soal penglepasan aset pemda, namun menurut pemda, mereka cuma menyewakannya. Surabaya memang miskin kawasan terbuka. UDARA gerah di pengujung musim kemarau ini terasa makin tak nyaman. Terutama, di lingkungan DPRD Kota Madya. Surabaya (KMS), Jawa Timur (Ja-Tim). Pekan-pekan ini, para wakil rakyat di sana, agaknya, tak cuma harus menahan panasnya hawa "Kota Buaya". Tapi, juga harus menahan dongkol melihat ulah Pemda KMS. "Kami tak pernah diajak omong," kata Ali Yakob, anggota Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP). Yang dimaksud oleh Ali, Ketua Komisi B itu, para pejabat pemda kerap "bermain belakang" melepas beberapa asetnya kepada swasta tanpa membicarakannya terlebih dulu dengan DPRD. Aset-aset itu antara lain kantor dan tanah Pembantu Wali Kota Madya Surabaya Timur, Unit Pengelola Perparkiran Daerah, BP7, serta lahan-lahan kosong di kawasan Rungkutmadya, Panjangjiwo, dan Jalan Ahmad Yani. Menyalahi Permendagri Kalau mau di

A. Tony Prasetiantono: "Deregulasi Minus the Untouchable"

MESKIPUN berbagai deregulasi sudah dilakukan pemerintah, melorotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, terutama sepanjang pekan lalu, tetap tak bisa dibendung. Kebijakan pemerintah untuk membiarkan rupiah bertarung di pasar bebas bukan pula upaya yang jelek. Namun, mungkin, waktunya tidak tepat karena bersamaan dengan jatuh tempo membayar utang dolar. Kendati begitu, yang menjadi masalah pokok, deregulasi yang dilakukan pemerintah tidak selalu menyentuh semua pihak. "Ada kelompok the untouchable ('yang tak tersentuh')," kata A. Tony Prasetiantono. Berikut wawancara wartawan D&R di Surabaya, Abdul Manan, dengan pengamat ekonomi yang juga pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogya, itu usai hadir dalam "Forum Ekonomi: Dampak Melemahnya Mata Uang ASEAN terhadap Perkembangan Dunia Usaha di Indonesia", yang berlangsung di Hotel Shangrila di Surabaya pada Jumat pekan lalu, 3 Oktober. Kurs rupiah semakin merosot, bagaimana menurut And

Kompetisi Setelah Cetak Jarak Jauh

Kompas menyerbu Jawa Tengah lebih pagi dengan cetak jarak jauh. Jawa Pos terpukul pasarnya, tapi Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dan Bernas tak terganggu. TIBA-TIBA, awal September lalu, harian Kompas melancarkan promosi besar-besaran di Jawa Tengah. Spanduk-spanduk bertebaran di Semarang hingga ke kota-kota lain di Jawa Tengah. Ada apa gerangan? Menyusul Republika yang lebih dulu menggunakan cetak jarak jauh (CJJ) di Solo, Kompas memulai CJJ di Jawa Tengah awal September lalu. Percetakan koran terbesar tirasnya itu didirikan di Bawen, kota kecamatan di Kabupaten Semarang yang letaknya tepat di simpang Semarang, Solo,Yogyakarta. Ini artinya, Kompas bisa dibaca pembaca di kota-kota Jawa Tengah paling lambat pukul lima pagi. Tak ayal, sejumlah koran daerah terguncang juga. Pasar Jawa Pos di Solo, misalnya, terpukul setelah eceran Kompas bisa dijajakan para pengecer di jalan-jalan Kota Bengawan itu pagi-pagi sekali. Jawa Pos yang dikirim dari Surabaya baru bisa dibaca di Solo pukul de

Kekeringan dari Sabang sampai Merauke

Dampak kekeringan terasa di seluruh Nusantara. Ada warga yang harus bertahan hidup dengan makan bitule dan tiwul. Apa dampak sosial-politiknya? panas nian kemarau ini rumput-rumput pun merintih sedih rebah tak berdaya, di terik sang surya bagaikan dalam neraka.... (Kemarau, The Rollies ) SEPANJANG musim kemarau ini tak cuma rumput yang merintih sedih dan rebah tak berdaya. Di Irianjaya, korban akibat kemarau panjang itu telah jatuh. Sampai Rabu, 24 September lalu, pihak Departemen Sosial melaporkan 271 orang meninggal akibat bencana kelaparan di 22 desa dan sembilan kecamatan di Kabupaten Jayawijaya dan Merauke. Dikhawatirkan korban akan terus bertambah karena sekitar 50 ribu penduduk kabupaten itu terancam rawan pangan, yang disebabkan oleh gagalnya panen akibat kemarau panjang. Kawasan yang terancam paling parah adalah Desa Mapenduma dan Desa Mbua di Kecamatan Tiom serta Desa Silimo, Pasema, Tangma, Siru, Soba, dan Kurupan di Kecamatan Kurima. Kebetulan, wilayah itu dikenal sebag

Hotman Siahaan: "Sudah Saatnya Diskriminasi Itu Dipersoalkan"

PEMUNCULAN fobia komunisme bukanlah persoalan rasional atau tak rasional. Tapi, persoalan efektif-tidaknya sebagai alat pengendali. "Bahwa musuh bersama itu abstrak atau tak ada, itu soal lain," kata Hotman Siahaan. Meski demikian, Hotman tetap mempermasalahkan diskriminasi yang dialami keturunan para tahanan politik (tapol). Berikut ini perbincangan reporter D&R , Zed Abidin dan Abdul Manan dengan Hotman Siahaan, sosiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, seputar komunisme dan imbasannya di Indonesia. Komunisme telah bangkrut di seluruh dunia. Tapi, mengapa stigma komunisme masih saja dipakai di sini? Pertama, dalam konteks politik, kita butuh satu peranti. Bisa institusional, bisa mental. Untuk menjaga stabilitas diperlukan kelembagaan politik, keamanan, dan militer. Tapi bisa juga mental. Yang terakhir ini maksudnya proses ideologisasi untuk menguatkan masyarakat. Untuk membangun ideologisasi itu dibutuhkan suatu bentuk solidaritas, pengentalan ideologi. Akan san