Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 1998

Korban Lain di Tengah Kerusuhan

Dalam aksi-aksi kerusuhan, massa bisa menyerang siapa saja, termasuk wartawan. Korban pun bisa siapa saja, termasuk remaja yang bernama Adam. KERUSUHAN dan keberingasan kadang menimbulkan korban yang tak diduga-duga. Adam Khaeruddin misalnya. Remaja berusia 17 tahun yang tinggal di bilangan Jalan Warungbuncit Raya, Jakarta Selatan, itu semula tidur lelap di rumahnya. Tapi, begitu ada keributan di pinggir jalan di mulut gang tempat ia tinggal, Adam terbangun. Ia pun segera menghambur keluar. "Sudah saya larang, tapi tetap saja dia ingin keluar," kata Ny. Ani, ibu Adam, mengenang peristiwa yang terjadi pada Selasa, 20 Mei lalu itu. Tidak lama kemudian, kegaduhan yang lebih memekakkan terdengar di luar rumah Ny. Ani. Kali itu ada orang-orang yang berteriak memanggil nama suami Ny. Ani: "Bang Ali, Bang Ali, Adam tertembak." Keruan saja kegaduhan itu membuat Ny. Ani dan suaminya bergegas ke luar rumah. Suami-istri itu menemukan anaknya di gendongan tetangganya dalam kea

Demo di Berbagai Kota: Minta Presiden Turun

< style="color: rgb(204, 204, 255);">Setelah amuk massa di berbagai kota,fokus gerakan mahasiswa kini lebih terarah: menduduki gedungDPR, menuntut mundurnya Presiden lewat sidang istimewa MPR. <> MOMENTUM gerakan mahasiswa memasuki tahap baru, sesudah amuk massa-yang diwarnai dengan perusakan,pembakaran,dan penjarahan-terjadi di sejumlah kota,bahkan di Jakarta. Sekarang,jika mahasiswa sekadar turun ke jalan, ini menjadi tidak efektif jika tidak disertai penetapan tujuan, sasaran, dan strategi gerakan yang jelas. Berbagai bentuk tuntutan mahasiswa dalam kaitan reformasi ekonomi, politik, dan hukum kini tampaknya sudah mengkristal menjadi rumusan yang sederhana dan jelas: Presiden Soeharto harus mundur, dan caranya adalah melalui sidang istimewa MPR. Cara ini adalah konstitusional dan pernah ada presedennya, ketika peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Yang juga penting,proses tersebut harus dilakukan secepat mungkin karena berpacu dengan waktu. Kenaikan h

Yang Pernah Hilang yang Kini Jadi Doktor

Lucas da costa resmi menyandang gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya, "Analisis pengaruh konfigurasi Organisasi terhadap Tingkat Excellence", di Universitas Airlangga, Surabaya, pada 6 Mei lalu. Putra Timor Timur ini dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan. Dengan demikian, dialah doktor pertama Timor Timur di Universitas Airlangga. Sebagai tanda sukacita, Ikatan Mahasiswa Pelajar Timor Timur (IMPETTU)menghadiahi dia sebuah karangan bunga. Ada rasa haru di Aula Pascasarjana Universitas Airlangga sesudah Lucas dinyatakan lulus oleh tim penguji. Penyebabnya: dia menjadi doktordisaat cerita orang hikang ramai dibicarakan orang. Ayah Nani Rolanda Paula da Cruz e Costa dan Liberto Guerra Maria da Costa ini pun juga pernah diculik dan hilang. Keluarga dan kawan-kawannya di IMPETTU pernah kehilangan jejaknya dan mencari kemana-mana. Namun, waktu muncul kembali Lucas mengatakan habis di rampok, bukan diculik hilang. "Ya, saya korban, pernah di rampok. Tapi, saya eng

Reformasi Macam Apa

Tuntutan reformasi makin keras. Tak lagi hanya dari mahasiswa, tapi juga dari para pengajar, seniman, dan kaum profesional lain. Macam apa yang mereka inginkan? SEBELUM meninggalkan Tanah Air menuju Mesir pada Sabtu pagi kemarin, 9 Mei. Presiden Soeharto mengatakan reformasi sebetulnya sudah lama dijalankan di negeri ini dan akan terus dilangsungkan. Karena itu, menurut dia, persoalan reformasi sebenarnya tak perlu dipusingkan. Sebelumnya, Ketua DPR-MPR Harmoko berucap senada. Menurut dia, fraksi-fraksi di DPR pun sepakat mengagendakan reformasi di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Implementasinya, ya, dengan penyempurnaan dan pembuatan undang-undang. Adapun soal desakan mahasiswa untuk mengadakan sidang istimewa MPR, Harmoko mengatakan belum cukup dasarnya. Kalau mendengar kedua keterangan itu. terkesan tak ada sebenarnya masalah besar dalam reformasi sebab sudah dan tengah dijalankam Tapi, begitukah? Rekaman berbagai komentar kalangan mahasiswa, dosen, cendekiawan, atau seniman ber

Satuan Siluman atau Regular?

Komisi Nasiomal Hak Asasi Manusia menyimpulkan mereka yang hilang bukanlah karena sukarela, melainkan karana pemaksaan. Mengapa begitu sulit mengidentifikasi pelakunya. DULU, pelawak Srimulat mengatakan, "Untung ada Gepeng." Sekarang, kelompok pendamba demokrasi dan hak asasi manusia di negeri ini boleh bilang utung ada Pius Lustrilang". Kalau saja Pius tak omong di Komisi Naional Hak Asasi Manusia, sangat mungkin kisah gelombang penculikan aktivis belakangan ini tak akan bertepi, seperti banyak kasus sebelumnya mulai dari Gerakan Septemher, Peristiwa Tanjungpriok, Timor Timur, Aceh, Irianjaya hingga Insiden 27 Juli 1996. Kalau memakai bahasa lakon, Pius bukanlah pemain yang cepal in. Lihatlah, setelah dibebaskan penculik dan kembali ke keluarganya di Palembang. Ia cooling down dulu. Seperti Haryanto Taslam dan korban yang lain, ia mengatakan bukan, diculik, melainkan sengaja menghilang untuk menenangkan diri. Dengan cerita seperti itu hampir saja disappearrance kali ini