Skip to main content

Pejabat NSA Pertimbangkan Amnesti untuk Snowden

Pejabat badan intelijen sinyal Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) mempertimbangkan pemberian amnesti kepada eks analisnya, Edward Snowden, yang membocorkan dokumen rahasia organisasi mata-mata ini. Sebagai balasannya, Snowden harus pulang ke Amerika Serikat dan mengembalikan dokumen yang diambilnya dari NSA.
Ide amnesti ini menjadi kontroversi di dalam badan intelijen Amerika Serikat. Petinggi NSA dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan tak mendukung ide tersebut.

Pejabat NSA, yang bertugas menilai kerusakan yang disebabkan oleh pembocoran dokumen oleh Snowden, Richard Ledgett, mengatakan kepada CBS News bahwa amnesti masih tetap jadi ide kontroversial di badan intelijen AS. "Pandangan pribadi saya adalah, ya, cukup layak untuk mendisdkusikan soal itu," kata Ledgett, dalam sebuah wawancara untuk siaran 60 Minutes di CBS, Minggu 15 Desember 2013.

Snowden saat ini di Moskow setelah mendapat suaka sementara selama setahun dari Rusia. Pada bulan Juni, Departemen Kehakiman mengajukan gugatan pidana terhadap mantan kontraktor berusia 30 tahun itu dengan pasal pencurian aset pemerintah, melakukan komunikasi yang tidak sah terkait informasi keamanan nasional dan "mengkomunikasikan informasi intelijen yang dirahasiakan dengan orang yang tidak berhak."

Direktur NSA, Jenderal Keith Alexander, mengatakan kepada CBS bahwa pemberian amnesti terhadap Snowden akan seperti memberi penghargaan kepada pembocor dan itu berpotensi menjadi insentif bagi yang lain untuk melakukan hal serupa di masa mendatang. Alexander akan pensiun di musim semi, bersama wakilnya dari sipil, John C. Inglis. Ledgett dikabarkan menjadi kandidat utama untuk menggantikan Inglis.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan, apa yang dikatakan Ledgett adalah "pandangan pribadi". "Posisi kami belum berubah," kata Harf, Minggu 15 Desember 2013. "Snowden menghadapi tuduhan sangat serius dan harus kembali ke Amerika Serikat untuk menghadapi dakwaan itu."

Pendahulu Alexander di NSA, Jenderal Michael Hayden juga menolak ide amnesti bagi Snowden. "Saya tidak akan melakukannya. Itu hanya akan memotivasi aksi serupa Snowdens lainnya di masa mendatang," ujar Hayden.

Tapi Hayden juga mengatakan bahwa aksi Snowden itu telah memicu perdebatan penting di AS tentang perlunya mencari keseimbangan yang tepat antara masalah kebebasan dan keamanan.

Snowden mengatakan kepada New York Times pada bulan Oktober bahwa ia melepaskan diri dari dokumen yang diambilnya dari NSA sebelum meninggalkan Hong Kong menuju Rusia. Itu sebagai langkah preventif untuk menjaga dokumen-dokumen itu tak jatuh ke tangan intelijen Rusia.

NSA tidak percaya bahwa dokumen Snowden ini lolos dari jangkauan intelijen Rusia dan Cina, kata pejabat senior AS kepada New York Times, Sabtu 14 Desember 2013. Kata pejabat itu, pemerintah mungkin tidak pernah tahu berapa banyak dokumen yang diambil Snowden dari NSA.

Guardian terus mempublikasikan cerita soal pengawasan yang dilakukan NSA dan badan intelijen lainnya, berdasarkan kebocoran Snowden. Berita serupa juga dimuat oleh media AS, Washington Post dan organisasi berita lainnya di seluruh dunia, dengan dibantu oleh mantan wartawan The Guardian Glenn Greenwald dan pembuat film dokumenter Laura Poitras. Dua wartawan itu mempertahankan kepemilikannya atas 'harta karun data' dokumen dari Snowden.

Ledgett mengatakan kepada Reuters bahwa NSA khawatir sebagian besar dokumen NSA yang diambil oleh Snowden belum dipublikasikan oleh media. Saat didengar keterangannya oleh Parlemen Inggris, Guardian mengatakan, media ini baru menerbitkan 1 persen dari dokumen bocoran Snowden.

Apakah Snowden kembali ke AS atau tidak, pemerintahan Barack Obama terus bergulat dengan kemungkinan adanya pembocoran serupa di masa depan. Ledgett dan pejabat NSA lainnya mengatakan bahwa badan tersebut melembagakan inisiatif teknis baru untuk mencegah 'aksi Snowdens baru' dengan meningkatkan pengamanan data internal.

Direktur NSA Keith Alexander, dalam kesaksiannya kepada Kongres AS, Rabu, 11 Desember 2013, bahwa badan ini akan segera memberi rincian kepada Kongres soal langkah-langkah internal yang akan dilakukan, termasuk di antaranya adalah "kompartementalisasi dan mengenkripsi data" agar tak terjadi kebocoran data serupa.

Para pejabat NSA mengakui, pada saat kebocoran Snowden terjadi, mereka memang belum sepenuhnya menerapkan pengamanan data seperti yang dijanjikan kepada pemerintah setelah terjadinya kebocoran catatan perang dan kabel diplomatik oleh tentara swasta Chelsea Manning pada 2010 lalu kepada Wikileaks.

Guardian | Abdul Manan

TEMPO.CO | SENIN, 16 DESEMBER 2013 | 20:00 WIB

Comments

Popular posts from this blog

Melacak Akar Terorisme di Indonesia

Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jemaah Islamiyah Penulis: Solahudin Penerbit: University of New South Wales, Australia Cetakan: Juli 2013 Halaman: 236