Skip to main content

AJI Kecam Upaya Pembungkaman Wikileaks

RABU, 15 DESEMBER 2010 | 12:25 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI), organisasi wartawan Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta, memberikan dukungan kepada situs pembocor rahasia Wikileaks untuk tetap eksis. AJI, dalam siaran pers yang diterima Tempo, Rabu (14/12/2010), menyesalkan sikap beberapa negara yang mencoba "menutup" laman Wikileaks dan menangkap pengelolanya.

Wikilekas belakangan ini menjadi incaran sejumlah  negara, khususnya Amerika Serikat, karena membocorkan kabel diplomatik negara itu dari kedutaannya di seluruh dunia. Situsnya diserang, dan pengelonya coba dibungkam. Pendirinya, Julian Assange, kini ditahan kepolisian Inggris dan terancam diekstradisi karena kasus seksual di Swedia --sementara Amerika Serikat berancang-ancang menjeratnya dengan Undang Undang Spionase.

Menurut AJI, keberadaan Wikileaks sangat berguna bagi jurnalis dalam mencari informasi. Wikileaks telah menyajikan dokumen-dokumen yang berisi informasi publik namun selama ini dirahasiakan. Bagi jurnalis, Wikileaks adalah salah satu sumber awal bagi peliputan investigatif. Setidaknya, situs itu berpotensi membantu pekerjaan penelusuran dokumen yang menyangkut kepentingan publik. Dengan bocoran dokumen seperti dilakukan Wikileaks, jurnalis mampu menggali fakta tersembunyi yang selama ini terkubur atas nama rahasia negara.

Selama ini, walau meski banyak negara demokratis telah memiliki Undang-Undang Kebebasan Informasi (Freedom of Information Act),  informasi penting bagi publik tak selalu mudah diakses. Sejumlah dokumen diproteksi oleh pasal informasi yang dikecualikan. Padahal, sering kali pengecualian informasi itu digunakan secara keliru untuk menutupi praktik korupsi, pelanggaran hak asasi manusia atau kesalahan kebijakan pemerintahan. Penyelewengan seperti itu sering tak dapat ditembus melalui undang-undang kebebasan informasi.

Menurut Ketua Umum AJI Nezar Patria, Wikileaks hadir untuk menutup lubang undang-undang kebebasan informasi yang sering “diakali” atas nama pengecualian informasi. Situs pembocor itu mendobrak hambatan legal bagi kebebasan informasi. “Wikileaks telah membantu publik dari apa yang dijamin oleh semangat undang-undang kebebasan informasi, tapi karena alasan politik tak bisa dipenuhi oleh pejabat publik yang berkuasa,” Nezar, seperti ditulis dalam siaran pers itu.

AJI menyesalkan sikap beberapa negara yang mencoba menutup situs Wikileaks dan menangkap beberapa orang pengelola laman itu.  AJI juga melihat "pukulan" terhadap Wikileaks, adalah bentuk serangan atas kebebasan berbicara dan hak publik atas informasi. Itu juga merupakan bentuk ancaman bagi semangat transparansi dan akuntabilitas yang menjadi salah satu pilar penting dari pemerintahan yang demokratis.

Bagi AJI, penggunaan dalih kasus pelecehan seksual atas Assange jelas mengandung motif membungkam aktivitasnya di laman Wikileaks. Kasus seksual adalah masalah pribadi yang semestinya tak dijadikan dalih menghancurkan kegiatan Wikileaks. AJI menyatakan dukungan kepada Wikileaks dan menginginkan aktivitas pembocoran dokumen publik yang selama ini dirahasiakan terus berlanjut. 

Abdul Manan

Link terkait dan mirror:
wikileaks.org - Original Wikileaks Page
wikileaks.ch - New Official Wikileaks Page
wikileaks.fi - Mirror Finland
wikileaks.nl - Mirror Netherlands
wikileaks.de - Mirror Germany
wikileaks.eu - Mirror Europe
wikileaks.pl - Mirror Poland
wikileaks.at - Mirror Austria
wikileaks.lu - Mirror Luxembourg
wikileaks.se - Mirror Sweden
wikileaks.no - Mirror Norway
wikileaks.is - Mirror Iceland
nyud.net - Mirror United States
wikileaks.ca - Mirror Canada

Comments

Popular posts from this blog

Melacak Akar Terorisme di Indonesia

Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jemaah Islamiyah Penulis: Solahudin Penerbit: University of New South Wales, Australia Cetakan: Juli 2013 Halaman: 236