Misteri Sepatu Kiri
Seorang pejabat di Surabaya raib. Diduga berlatar kasus ratusan hektare tanah kas desa.
WILOGO, pembantu Wali Kota Surabaya Bagian Selatan, bakal memperpanjang daftar orang hilang, Sudah tiga pekan, ia raib penuh teka-teki. Kasusnya pun menjadi sensasi tersendiri di Surabaya.
Meski Pemerinlah Daerah Kotamadya (Kodya) Surabaya telah meminta bantuan polisi dan Badan Koordinasi Stabilisasi Nasional Daerah Jawa Timur untuk melacak nasib Wilogo, pihak kodya juga mengerahkan aparatnya untuk tujuan serupa. Warga Surabaya diminla juga dukungannya.
Janggannya pula, rumah Wilogo di Jalan Semolowaruelok Blok AG/19, Surabaya, dijaga ketat oleh aparat kodya dan beberapa lurah. Tak sembarang orang bisa menemui keluarga Wilogo--termasuk istri Wilogo, Ny. Tuti Pujiastuti.
Menurut Ny. Tuti, suaminya pergi meninggalkan rumah pada Rabu, 29 Juli lalu, pukul 20.00. Wilogo mengendarai mobil Timor biru metalik bernomor polisi L 9021 CE. Ia ke rumah Wali Kota Surabaya Soenarto Soemoprawiro.
Di situ memang ada pertemuan warga Kelurahan Lakarsantri dan wali kota untuk membahas kasus tanah kas desa (bondo leso). Wilogo sebenamya tak diundang. Namun, ia ingin melaporkan aksi demonstrasi warga Kelurahan wiyung, yang juga menuntut tanah kas desa pada Senin, 27 Juli lalu (lihat tanpa musyawarah).
Sampai tengah malam, Wilogo belum pulang jua. Ny. Tuti menduga kemungkinan rapat di rumah wali kota berlangsung alot. Namun, ada kecemasan juga: jangan-jangan Wilogo disandera para warga Lakarsantri. Toh, sampai dini hari, Wilogo tak muncul. Dihubungi lewat telepon genggamnya tak ada jawaban.
Merasa ada gelagat buruk menimpa suami yang menikahinya pada tahun 1973 itu, paginya, pukul 06.00, Tuti menelepon Gatot Suseno, rekan kerja Wilogo. Gatot memang hadir pada acara di rumah wali kota itu karena ia menjabat Pembmtu Wali Kota Surabaya Bagian Barat--yang membawahi Kelurahan Lakarsantri.
Ternyata, menurut Gatot, Wilogo tak ada pada rapat yang berlangsung sampai pukul 22.00 itu. Tentu saja, Ny. Tuti resah. Sementara itu, Gatot segera menginformasikan hilangnya Wilogo melalui Radio Suara Surabaya.
Siangnya, sekitar pukul 12.00, mobil Wilogo ditemui di depan rumah di Jalan Wijayakusuma 15 A. Mobil itu terparkir rapi di tepi jalan. Pintunya terkunci. Namun, tiada jejak Wilogo.
Sejak itu berkembang anekaberita tentang raibnya Wilogo. Banyak yang menghubungkan dengan maraknya kasus tanah kas desa di Surabaya. Ada yang menyinyalir Wilogo diculik orang lantaran dianggap banyak mengetahui kasus tersebut.
"Kakak Wilogo, Darmono, dihubungi penelepon gelap yang mengaku sebagai warga wiyung. Penelepon itu mengingatkan agar keluarga Wilogo berhati-hati," tutur Kepala Hubungan Masyarakat Kodya Surabaya, Bambang Sugiharto.
Mendengar kecurigaan itu keruan saja warga wiyung berang. Sampai-sampai. mereka enggan berdialog dengan wali kota pada Kamis, 6 Agustus lalu.
Namun, ada pula yang menduga "kepergian" Wilogo direkayasa untuk menanggapi rentetan demonstrasi warga. Apalagi, tindakan Wilogo sewaktu mengatasi unjuk rasa warga wiyung dianggap melangkahi wali kota.
Itu lantaran pada Senin, 27 Juli lalu, wilogo bersama Camat wiyung, Nasirin, serta Lurah wiyung, Kambali, menandatangi surat bersegel. Isinya: mereka menyatakan penjualan tanah kas desa di Wiyung ke tiga perusahaan swasta tidak sah.
Dugaan itu semakin mengental tatkala orang memperhatikan ketatnya pengamanan rumah Wilogo, selain juga tiadany kesedihan pada Ny. Tuti. Giliran Ny. Tuti, yang pertama kalinya dipertemukan dengan wartawan pada Rabu, 5 Agustus lalu, oleh Ny. Endang Pertii Soenarto, membantah dugaan itu.
Akan halnya Tuti lak merasa kehilangan, dia berkata, "siapa, sih, yang tidak susah bila menerima musibah seperti ini?" Dia juga marah begitu mendengar kemungkinan suaminya punya gacoan lain. "Masya Allah. Rasanya, itu tidak mungkin," ucapnya.
Lantas, ke mana Wilogo ? Bambang Sugiharto merasa yakin Wilogo diculik. Petunjuknya, kendati belum ditemui tanda-anda kekerasan, di mobil Wilogo ditemui sepatu kirinya, kertas bertulisan Ke Pak Wali pukul 20.00, rompi SAS, map biru, dan buku kerja.
Bila diculik, apa motifnya? "Ya, enggak ngerti. Yang jelas, sampai saat ini Wilogo belum ditemukan," kata Bambang. Ia menambahkan, penjagaan rumah Wilogo oleh para lurah terhitung hal lumrah. "Itu partisipasi anak buah kepada komandan. Wilogo kan atasan lurah-lurah itu," katanya.
Argumentasi Bambang masih belum menyingkap tirai Wilogo, memang. Sementara itu, Panglima Komando Daerah Militer Brawijaya Mayor Jenderal Djoko Subroto tak mempercayai dugaan Wilogo diculik. "Kira-kira, sekarang Wilogo sedang ketiduran," ujarnya. Tidur di mana?
Laporan Zed Abidin dan Abdul Manan (Surabaya)
D&R, Edisi 980815-052/Hal. 67 Rubrik Kriminalitas
WILOGO, pembantu Wali Kota Surabaya Bagian Selatan, bakal memperpanjang daftar orang hilang, Sudah tiga pekan, ia raib penuh teka-teki. Kasusnya pun menjadi sensasi tersendiri di Surabaya.
Meski Pemerinlah Daerah Kotamadya (Kodya) Surabaya telah meminta bantuan polisi dan Badan Koordinasi Stabilisasi Nasional Daerah Jawa Timur untuk melacak nasib Wilogo, pihak kodya juga mengerahkan aparatnya untuk tujuan serupa. Warga Surabaya diminla juga dukungannya.
Janggannya pula, rumah Wilogo di Jalan Semolowaruelok Blok AG/19, Surabaya, dijaga ketat oleh aparat kodya dan beberapa lurah. Tak sembarang orang bisa menemui keluarga Wilogo--termasuk istri Wilogo, Ny. Tuti Pujiastuti.
Menurut Ny. Tuti, suaminya pergi meninggalkan rumah pada Rabu, 29 Juli lalu, pukul 20.00. Wilogo mengendarai mobil Timor biru metalik bernomor polisi L 9021 CE. Ia ke rumah Wali Kota Surabaya Soenarto Soemoprawiro.
Di situ memang ada pertemuan warga Kelurahan Lakarsantri dan wali kota untuk membahas kasus tanah kas desa (bondo leso). Wilogo sebenamya tak diundang. Namun, ia ingin melaporkan aksi demonstrasi warga Kelurahan wiyung, yang juga menuntut tanah kas desa pada Senin, 27 Juli lalu (lihat tanpa musyawarah).
Sampai tengah malam, Wilogo belum pulang jua. Ny. Tuti menduga kemungkinan rapat di rumah wali kota berlangsung alot. Namun, ada kecemasan juga: jangan-jangan Wilogo disandera para warga Lakarsantri. Toh, sampai dini hari, Wilogo tak muncul. Dihubungi lewat telepon genggamnya tak ada jawaban.
Merasa ada gelagat buruk menimpa suami yang menikahinya pada tahun 1973 itu, paginya, pukul 06.00, Tuti menelepon Gatot Suseno, rekan kerja Wilogo. Gatot memang hadir pada acara di rumah wali kota itu karena ia menjabat Pembmtu Wali Kota Surabaya Bagian Barat--yang membawahi Kelurahan Lakarsantri.
Ternyata, menurut Gatot, Wilogo tak ada pada rapat yang berlangsung sampai pukul 22.00 itu. Tentu saja, Ny. Tuti resah. Sementara itu, Gatot segera menginformasikan hilangnya Wilogo melalui Radio Suara Surabaya.
Siangnya, sekitar pukul 12.00, mobil Wilogo ditemui di depan rumah di Jalan Wijayakusuma 15 A. Mobil itu terparkir rapi di tepi jalan. Pintunya terkunci. Namun, tiada jejak Wilogo.
Sejak itu berkembang anekaberita tentang raibnya Wilogo. Banyak yang menghubungkan dengan maraknya kasus tanah kas desa di Surabaya. Ada yang menyinyalir Wilogo diculik orang lantaran dianggap banyak mengetahui kasus tersebut.
"Kakak Wilogo, Darmono, dihubungi penelepon gelap yang mengaku sebagai warga wiyung. Penelepon itu mengingatkan agar keluarga Wilogo berhati-hati," tutur Kepala Hubungan Masyarakat Kodya Surabaya, Bambang Sugiharto.
Mendengar kecurigaan itu keruan saja warga wiyung berang. Sampai-sampai. mereka enggan berdialog dengan wali kota pada Kamis, 6 Agustus lalu.
Namun, ada pula yang menduga "kepergian" Wilogo direkayasa untuk menanggapi rentetan demonstrasi warga. Apalagi, tindakan Wilogo sewaktu mengatasi unjuk rasa warga wiyung dianggap melangkahi wali kota.
Itu lantaran pada Senin, 27 Juli lalu, wilogo bersama Camat wiyung, Nasirin, serta Lurah wiyung, Kambali, menandatangi surat bersegel. Isinya: mereka menyatakan penjualan tanah kas desa di Wiyung ke tiga perusahaan swasta tidak sah.
Dugaan itu semakin mengental tatkala orang memperhatikan ketatnya pengamanan rumah Wilogo, selain juga tiadany kesedihan pada Ny. Tuti. Giliran Ny. Tuti, yang pertama kalinya dipertemukan dengan wartawan pada Rabu, 5 Agustus lalu, oleh Ny. Endang Pertii Soenarto, membantah dugaan itu.
Akan halnya Tuti lak merasa kehilangan, dia berkata, "siapa, sih, yang tidak susah bila menerima musibah seperti ini?" Dia juga marah begitu mendengar kemungkinan suaminya punya gacoan lain. "Masya Allah. Rasanya, itu tidak mungkin," ucapnya.
Lantas, ke mana Wilogo ? Bambang Sugiharto merasa yakin Wilogo diculik. Petunjuknya, kendati belum ditemui tanda-anda kekerasan, di mobil Wilogo ditemui sepatu kirinya, kertas bertulisan Ke Pak Wali pukul 20.00, rompi SAS, map biru, dan buku kerja.
Bila diculik, apa motifnya? "Ya, enggak ngerti. Yang jelas, sampai saat ini Wilogo belum ditemukan," kata Bambang. Ia menambahkan, penjagaan rumah Wilogo oleh para lurah terhitung hal lumrah. "Itu partisipasi anak buah kepada komandan. Wilogo kan atasan lurah-lurah itu," katanya.
Argumentasi Bambang masih belum menyingkap tirai Wilogo, memang. Sementara itu, Panglima Komando Daerah Militer Brawijaya Mayor Jenderal Djoko Subroto tak mempercayai dugaan Wilogo diculik. "Kira-kira, sekarang Wilogo sedang ketiduran," ujarnya. Tidur di mana?
Laporan Zed Abidin dan Abdul Manan (Surabaya)
D&R, Edisi 980815-052/Hal. 67 Rubrik Kriminalitas
Comments