Skip to main content

... dan di Bangkalan pun Terjadi

MALAM itu para pemain orkes dangdut lokal dan cewek penyanyi yang berpakaian menyala sedang mengetes alat musik di panggung. "Tes, tes, setong, due," penyanyi itu mencoba mikrofon dalam bahasa Madura.

Tiba-tiba, entah bagaimana, menurut saksi mata, sebagian pengunjung tiba-tiba naik mendekati perangkat tata suara elektronik. Mereka bukan mau berjoget. Tapi, serta-merta mereka merusak peralatan mahal itu, memorakporandakannya, dan--puncaknya--membakar panggung. Arena joget sekejap berubah jadi bara amuk.

Itulah adegan-adegan awal peristiwa kerusuhan Bangkalan, Sabtu malam pekan lalu, 14 Juni, pukul 20.30.

Seperti diketahui Pemda Bangkalan pada libur akhir pekan itu menyelenggarakan hajatan syukuran atas diperolehnya Penghargaan Adipura. Ada pesta, pameran makanan khas Madura, panggung musik dangdut, dan pemutaran film layar tancap. Hiburan rakyat itu menyedot ribuan pengunjung. Dan, acara belum dimulai benar, meledaklah kerusuhan itu.

Pada waktu yang sama, sebagian massa di sayap selatan alun-alun juga mengamuk. Mereka menggulingkan mobil pembawa proyektor film milik Kantor Wilayah Departemen Penerangan Bangkalan, lalu membakarnya. Mobil patroli milik satuan polisi pamong praja juga jadi sasaran amuk dan dibakar. Bupati Bangkalan Jakfar Syafei yang sedang menyanyi di acara makan malam bersama para pejabat di stan resmi pemda, begitu mendengar ada amuk massa, menghambur ke pendapa kabupaten.

Massa yang mengamuk di alun-alun itu kemudian bergerak ke jalan. Gedung bioskop kelas bawah, Purnama, di jalan itu diporak-porandakan. Puluhan penonton yang tengah asyik menyaksikan film panas berjudul Bebas dan Nikmat ngacir. Bubar. Tiba-tiba terdengar teriakan: "Jangan dibakar. Nanti kalau kita sakit, ke mana dong cari obat?" Maka, sebuah apotek yang hendak dijarah selamat.

Massa terus bergerak, membakari warung remang-remang setengah mesum. Sebuah kelenteng, Toko Palen Pelangi, Toko Sumber Jadi, dan Toko Bintang setali tiga uang, dibakar massa. Sebuah gereja Pantekosta dan gedung milik Kantor Pos dan Giro dirusak. Sebuah toko perlengkapan olah raga porak-poranda dan ludes hangus. Salah satu toko konon dikuras oleh para penjarah.

Kerusuhan baru mereda pukul 22.30. Arak-arakan maut semalam di Kota Bangkalan itu, kata polisi, mengakibatkan kerugian Rp 1,5 miliar. Dilaporkan, empat orang mengalami luka berat akibat kerusuhan, namun tak ada yang tewas.

Polisi menahan sembilan orang yang semuanya warga Bangkalan--kabarnya akan diajukan ke pengadilan sebagai tersangka. "Ada yang membawa senjata tajam saat ditangkap dan ada juga pencuri yang mengambil kesempatan dalam kesempitan," kata Letkol Suko Basuki, Kepala Polres Bangkalan, yang didampingi Kepala Polwil Madura Kolonel H. Adna Isa, kepada wartawan pada Senin pekan ini.

Keesokan harinya, jalan-jalan menuju lokasi kerusuhan dijaga ketat oleh aparat keamanan yang terdiri dari dua satuan setingkat kompi (SSK) dari brigade infantri, satu marinir, dua SSK dari Batalyon Infantri 516, satuan brigade mobil, dan Satuan Pasukan Pengendalian Massa Polwil Madura. Ahad siang, sebagian besar toko tutup. Jalan sepi. Baru pada hari Selasa, Kota Pelabuhan Bangkalan kembali normal.

Kolonel Syamsul Ma'arif, Komandan Korem Bhaskara Jaya di Surabaya, melontarkan berbagai dugaan. Ada yang politis: kemungkinan kerusuhan itu berkaitan dengan kelompok masyarakat yang tidak puas terhadap pelaksanaan Pemilu 1997. Sampai hari itu, DPC PPP Bangkalan tidak bersedia menandatangani hasil penghitungan suara. Mereka menilai ada kecurangan dan pelanggaran dalam penyelenggaraan pemilu.

Dugaan lain, kerusuhan itu merupakan bentuk protes masyarakat atas penyelenggaraan hiburan yang waktu dan tempatnya tidak tepat. Maklum, masyarakat Bangkalan yang mayoritas muslim sedang dalam masa berkabung atas wafatnya K.H. Amin Imron, pengasuh Pondok Pesantren Saichona Cholil Bangkalan dan mantan anggota DPR RI dari PPP, Mei lalu. Bisa jadi penyelenggaraan hiburan itu, kata Syamsul Ma'arif, dinilai tidak menghormati almarhum. Kemungkinan lain, tempat penyelenggaraan hiburan dinilai tidak tepat karena berdekatan dengan masjid. "Itu masih dugaan. Yang pasti, ada di antara masyarakat kita yang senang menyelesaikan persoalan dengan cara inkonstitusional," kata Syamsul Ma'arif kepada wartawan di Bangkalan, Ahad lalu.

Tanggapan keras muncul dari para petinggi di Surabaya, yakni dari Panglima Daerah Militer Brawijaya Mayjen Imam Utomo dalam jumpa pers bersama Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman dan pejabat tinggi lain di Surabaya, Senin pekan ini. Menurut Jawa Pos, mereka menilai kerusuhan di Bangkalan itu
mengarah ke tindakan makar dan karenanya akan dihadapi secara keras.

"Kami menyatakan perang melawan perusuh. Bila perlu, tembak di tempat," kata Imam Utomo dengan nada tinggi. Gubernur Basofi Sudirman juga berkomentar. "Saya tidak yakin kalau kerusuhan itu dilakukan oleh pemeluk agama yang kuat. Kerusuhan itu merupakan tindakan ekstrem kiri dengan gaya Partai Komunis Indonesia," kata Basofi Sudirman seperti ditulis Jawa Pos.

Benarkah? Pengadilan akan menjawab.

Kelik M. Nugroho, Laporan Abdul Manan (Surabaya)

D&R, Edisi 970621-044/Hal. 19 Rubrik Laporan Utama

Comments

Popular posts from this blog

Melacak Akar Terorisme di Indonesia

Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jemaah Islamiyah Penulis: Solahudin Penerbit: University of New South Wales, Australia Cetakan: Juli 2013 Halaman: 236