Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
14 June 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Spy Stories»Novel Doctor Zhivago dan Propaganda CIA

Novel Doctor Zhivago dan Propaganda CIA

Abdul Manan3 April 2019
Novel Doctor Zhivago. Foto: www.raptisrarebooks.com
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Penulis besar Uni Sovyet, Boris Pasternak, tercatat memiliki setidaknya 9 buku kumpulan puisi dan 8 buku prosa. Dari sekian karya sastra itu, yang membuat namanya meroket adalah novelnya yang berjudul Doctor Zhivago. Novel itu dilarang terbit di Sovyet, kini menjadi Federasi Rusia, namun akhirnya tetap menyapa pembacanya setelah diterbitkan oleh penerbit Italia tahun 1957.

Karya pria kelahiran 10 Februari 1890 ini kembali menjadi pembicaraan hangat setelah badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), awal April 2014 lalu, mendeklasifikasi (menyatakan dokumen tak lagi bersifat rahasia) lebih dari 130 dokumen baru yang terkait dengan novel Doctor Zhivago.

Dokumen itu dikeluarkan CIA atas permintaan Peter Finn dan Petra Couvee, penulis buku berjudul “The Zhivago Affair: The Kremlin, the CIA, and the Battle Over a Forbidden Book, yang akan terbit 17 Juni mendatang. Buku itu akan berkisah soal bagaimana CIA diam-diam menerbitkan buku itu dan menjadikannya sebagai alat propaganda melawan musuh utamanya di era perang dingin, Uni Sovyet.

Bagian dari novel itu ditulis pada 1910-an dan 1920-an, tapi baru rampung tahun 1956. Karya itu pernah dikirim ke jurnal sastra Novy Mir, tapi editornya tak memuatnya karena penolakan implisit karya itu terhadap realisme sosialis. Badan sensor Soviet juga menafsirkan beberapa bagian dari karya itu bersifat anti-Soviet.

Pria yang memiliki nama lengkap Boris Leonidovich Pasternak ini telah lama dikenal memiliki keberanian yang tidak biasa. Ia merasa tidak perlu untuk menyesuaikan karya sastranya dengan tuntutan politik negara. Mengorbankan novelnya, menurut keyakinan Pasternak, akan menjadi dosa terhadap kejeniusannya sendiri.

Pasternak mengirim beberapa salinan dari naskahnya dalam bahasa Rusia ke teman-temannya di negara Barat. Pada tahun 1957, penerbit Italia Giangiacomo Feltrinelli membuat rencana untuk menyelundupkan novel itu keluar dari Soviet, melalui Sergio D’angelo. Setelah menyerahkan naskahnya kepada Sergio, Pasternak membuat sindiran, “Anda dengan ini diundang untuk menonton saya menghadapi regu tembak.”

Soviet berusaha mencegah novel itu untuk diterbitkan, tapi tak berhasil. Feltrinelli menerbitkannya dalam bahasa Italia, November 1957. Partai Komunis Italia mendepak Feltrinelli dari keanggotaan mereka sebagai pembalasan atas perannya dalam penerbitan novel yang mereka anggap bersikap kritis terhadap komunisme. Sikap keras Sovyet terhadap Doctor Zhivago mengundang perhatian negara Barat, termasuk Inggris dan Amerika Serikat.

Dalam dokumen terbaru yang dirilis CIA dikatakan, pada Januari 1958, badan intelijen Inggris mengirim sebuah paket ke markas CIA. Di dalamnya ada dua rol film berisi gambar halaman novel “Doctor Zhivago” berbahasa Rusia.

Menurut Washington Post, selama Perang Dingin, CIA mencintai sastra, entah itu novel, cerpen, juga puisi. Buku dianggap sebagai adalah senjata. Jika karya sastra tidak tersedia atau dilarang di Uni Soviet dan Eropa Timur, itu dapat digunakan sebagai propaganda untuk menantang realitas versi Soviet. Selama Perang Dingin, sebanyak 10 juta kopi buku dan majalah secara rahasia didistribusikan CIA ke Uni Sovyet, yang dikenal dengan Negara Tirai Besi, sebagai bagian dari kampanye perang politik.

“Buku ini memiliki nilai besar bagi propaganda,” kata sebuah memo CIA kepada kepala cabang CIA Divisi Soviet Rusia, 24 April 1958, soal Novel Doctor Zhivago. “Kita memiliki kesempatan untuk membuat warga Soviet bertanya-tanya apa yang salah dengan pemerintah mereka, ketika sebuah karya sastra oleh orang yang diakui sebagai penulis terbesar bahkan tidak tersedia di negaranya sendiri, dalam bahasanya sendiri, bagi warganya sendiri untuk dibaca.”

Lalu, dimulailah operasi itu. Tugas itu dibebankan kepada Divisi CIA Soviet Rusia, yang diawasi oleh Direktur CIA Allen Dulles dan disetujui oleh Badan Koordinasi Operasi (Operations Coordinating Board-OCB) Presiden Dwight D. Eisenhower, yang melaporkan kepada Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih.

Dalam sebuah memo Juli 1958, Kepala Divisi Soviet Rusia John Maury, menulis, buku tersebut merupakan ancaman jelas bagi pandangan dunia yang akan diihadirkan Kremlin. “Pesan humanistik Pasternak bahwa setiap orang berhak atas kehidupan pribadi dan layak dihormati sebagai manusia, terlepas dari tingkat loyalitas politiknya atau kontribusi kepada negara, merupakan tantangan fundamental bagi etika Soviet soal pengorbanan individu untuk sistem komunis,” tulis Maury.

Dalam sebuah memo internal tak lama setelah novel itu terbit di Italia, CIA merekomendasikan “Doctor Zhivago” untuk diterbitkan dalam jumlah maksimum dalam edisi bahasa asing, untuk distribusikan di dunia secara maksimum dan dipertimbangkan untuk mendapat kehormatan seperti hadiah Nobel.” CIA berharap novel Pasternak akan menarik perhatian global, termasuk dari juri Akademi Nobel di Swedia. Soal peran CIA dalam pemberian Nobel untuk Pasternak, menjadi spekulasi selama beberapa dekade.

Penulis Ivan Tolstoi mengklaim CIA meminjam tangan orang lain untuk memastikan Doctor Zhivago disampaikan ke Komite Nobel dalam bahasa aslinya, agar Pasternak memenangkan Nobel dan merusak kredibilitas Uni Soviet di mata internasional. Dokumen CIA yang baru-baru ini dikeluarkan menampik tudingan itu.

Untuk menyasar pembaca Sovyet, CIA memanfaatkan momentum pameran buku pasca perang dunia, yaitu Pameran Internasional tahun 1958 di Brussels. Empat puluh tiga negara berpartisipasi di pameran seluas 500 hektare, yang letaknya di barat laut Brussels. Amerika Serikat dan Uni Soviet membangun paviliun besar di pameran itu, untuk menampilkan cara hidupnya yang berbeda.

Apa yang paling menarik bagi CIA dalam pameran itu adalah adanya sejumlah besar warga Soviet ke acara ini. Belgia memang mengeluarkan 16.000 visa bagi pengunjung asal Soviet untuk datang ke acara ini.

Setelah pertama mencoba untuk mengatur pencetakan rahasia novel melalui penerbit kecil New York, CIA menghubungi dinas intelijen Belanda, BVD. Pejabat CIA telah mengikuti laporan adanya publikasi “Doctor Zhivago” dalam bahasa Rusia oleh sebuah penerbitan akademik di Den Haag dan bertanya apakah mungkin untuk mendapatkan salinan kopi-nya lebih awal.

Kedua lembaga intelijen ini dikenal sangat dekat. CIA pada tahun 1958 menggaji sekitar 50 dari 691 staf BVD, dan karyawan baru badan intelijen itu dilatih di Washington. Joop van der Wilden, seorang perwira BVD, dikirim ke Kedutaan Besar AS di Den Haag untuk membahas masalah ini dengan Walter Cini, seorang perwira CIA yang ditempatkan di sana.

Walter Cini mengatakan, pencetakan itu akan menjadi pekerjaan yang sangat diburu waktu, tetapi CIA bersedia untuk menyediakan naskah dan membayar dengan harga pantas untuk mencetak buku kecil “Doctor Zhivago.” Dia menekankan bahwa tidak boleh ada jejak keterlibatan AS atau CIA di dalam pencetakan buku itu.

Pada awal September 1958, edisi bahasa Rusia pertama “Doctor Zhivago” bergulir dari mesin cetak, bersampul biru dengan penerbit bernama Mouton dari Den Haag. Buku-buku itu, dibungkus kertas cokelat dan tertanggal 6 September 1958, dikemas ke belakang station wagon besar dan dibawa ke rumah Cini.

Dua ratus eksemplar dikirim ke kantor pusat CIA di Washington. Sebagian besar dari buku-buku yang tersisa dikirim ke kantor CIA atau asetnya di Eropa Barat: 200 ke Frankfurt, 100 ke Berlin, 100 ke Munich, 25 ke London, dan 10 ke Paris. Paket terbesar, sebanyak 365 buku, dikirim ke Brussels.

Cetakan “Doctor Zhivago” tentu saja tidak dapat diberikan di paviliun AS di acara pameran internasional itu. CIA lantas memiliki sekutu terdekatnya untuk membantu: stan Vatikan. Paviliun Vatikan, disebut Civitas Dei, Kota Tuhan, dan imigran Katolik Rusia, mendirikan perpustakaan kecil “agak tersembunyi” di balik tirai lepas Chapel of Silence, tempat untuk merenungkan penindasan komunitas Kristen di seluruh dunia.

Di sana, edisi “Doctor Zhivago” yang disponsori CIA diberikan kepada warga Soviet yang mengunjungi stan pameran itu. Beberapa orang yang mendapat novel itu merobek sampulnya, memisahkan halamannya, dan memasukkannya di saku mereka agar bukunya lebih mudah untuk disembunyikan. CIA cukup senang dengan hasil dari pameran itu. “Fase ini dapat dianggap selesai dengan sukses,” kata sebuah memo CIA tertanggal 10 September 1958.

Hadirnya novel berbahasa Rusia sampai ke telinga Pasternak. Bulan itu ia menulis kepada seorang temannya di Paris, “Apakah benar bahwa Doctor Zhivago muncul dalam bahasa aslinya? Tampaknya pengunjung pameran di Brussels telah melihatnya.”

CIA telah mengantisipasi bahwa penerbit Belanda itu perlu menandatangani kontrak dengan Feltrinelli, penerbit Pasternak di Milan, dan bahwa buku yang dibagikan di Brussels akan dilihat sebagai bagian dari cetakan itu. Tapi, kontrak tersebut tidak pernah ditandatangani, dan edisi bahasa Rusia yang dicetak di Den Haag itu ilegal.

Penerbit Italia, yang memegang hak cipta untuk mencetak “Doctor Zhivago” sangat marah ketika ia mengetahui distribusi novel itu di Brussels. Kehebohan itu memicu rumor, meski tidak pernah dikonfirmasi, soal keterlibatan CIA di balik semua ini.

Markas besar CIA di Washington menyaksikan perkembangan itu dengan sikap cemas. Pada 15 November 1958, nama CIA pertama kali dikaitkan dengan pencetakan novel itu dalam National Review Bulletin, newsletter suplemen bagi pelanggan National Review, majalah konservatif yang didirikan oleh William F. Buckley Jr.

CIA menyimpulkan bahwa pencetakan itu “memiliki efek yang jelas pada Soviet,” kata sebuah memo CIA tertanggal 5 November 1958, dalam kabel yang dikirim Direktur CIA, Allan Dulles. Upaya CIA untuk menyerang Sovyet mendapatkan suntikan energi baru dengan pemberian Hadiah Nobel Sastra untuk Pasternak, 23 Oktober 1958. Sovyet menganggap penghargaan itu sebagai provokasi anti-Soviet dan memaksa Pasternak untuk menolaknya.

Dipicu oleh serangan terhadap Pasternak di Moskow dan publisitas internasional seputar kampanye untuk menjelekkan dirinya, Divisi Soviet Rusia CIA mulai menetapkan rencana untuk membuat edisi paperback. Dalam sebuah memo, Maury mengatakan, ia percaya ada “permintaan yang luar biasa dari mahasiswa dan intelektual untuk mendapatkan salinan buku ini.”

Para pejabat CIA meninjau semua kesulitan dengan penerbitan edisi Mouton yang diterbitkan di Belanda dan menentang keterlibatan pihak luar dalam pencetakan edisi baru ini. “Dalam sudut pandangan masalah keamanan, dianjurkan bahwa edisi miniatur Dr. Zhivago akan diterbitkan di markas (CIA) menggunakan teks Feltrinelli pertama dan menghubungkannya ke penerbit fiktif.”

Badan ini memiliki percetakan sendiri di Washington untuk mencetak buku mini. Pada bulan Juli 1959, setidaknya 9.000 salinan edisi miniatur “Doctor Zhivago” dicetak dalam satu dan dua seri volume, agar tidak begitu tebal dan lebih mudah untuk dipisahkan dan disembunyikan. CIA berusaha untuk menciptakan ilusi bahwa edisi novel itu diterbitkan di Paris oleh entitas fiktif, Société d’ Edition et d’ Impression Mondiale. Sebuah kelompok imigran Rusia juga mengklaim berada di belakang penerbitan ini.

Catatan CIA menyatakan bahwa buku-buku mini itu diserahkan oleh agen yang melakukan kontak dengan wisatawan dan pejabat Soviet di negara Barat. Dua ribu eksemplar edisi ini juga disisihkan untuk dibagikan kepada mahasiswa Sovyet dan Eropa Timur dalam acara Festival Pemuda dan Mahasiswa untuk Perdamaian dan Persahabatan, yang diadakan di Wina, tahun 1959. Novel itu diadaptasi jadi film dengan judul sama, tahun 1965.

Hadiah Nobel menjadi masalah bagi Pasternak. Atas perintah langsung dari Politbiro Partai Komunis, badan intelijen Sovyet, Komitet gosudarstvennoy bezopasnosti (KGB), mengepung rumah peristirahatan (dacha) Pasternak di Peredelkino. KGB tidak hanya mengancam akan menangkapnya, tetapi juga berjanji untuk mengirim selingkuhannya, Olga Ivinskaya, kembali ke Gulag, di mana ia dipenjara di bawah Stalin.

Sovyet juga mengancam, jika Pasternak pergi ke Stockholm untuk menerima hadiah Nobel, dia akan ditolak kembali ke Uni Soviet. Akhirnya, Pasternak mengirim telegram kepada Komite Nobel soal ini, namun akademi Nobel tetap pada pendiriannya. Meski menolak Nobel, Asosiasi Penulis Uni Soviet terus mengecam Pasternak di pers Soviet. Ia juga diancam akan diasingkan ke negara Barat.

Buntut dari tekanan ini, Pasternak menulis surat langsung ke pemimpin Uni Sovyet Nikita Khrushchev. “Meninggalkan tanah air sama artinya dengan kematian bagi saya. Saya terikat oleh Rusia karena kelahiran, kehidupan dan pekerjaan saya.” Surat itu, selain campur tangan dari Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, membuat Pasternak tak diusir dari tanah airnya. Ia meninggal karena kanker paru-paru, 30 Mei 1960.

Tulisan ini dimuat di Indonesiana.id

Boris Pasternak BVD Belanda CIA Doctor Zhivago Dwight D. Eisenhower KGB Rusia Uni Sovyet
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Firma Konsultan Ancaman Spionase Bagi Cina

19 April 2024

10 Film Mata-mata Pilihan di Netflix

8 April 2024

Austria Ingin Memperluas Undang Undang Spionase

7 April 2024

Jaksa Taipei Banding Kasus Mata-mata Cina

4 April 2024
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.