Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
22 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Untuk Rampingkan Parpol, Parliamentary Threshold Harus Naik

Untuk Rampingkan Parpol, Parliamentary Threshold Harus Naik

Abdul Manan31 December 2010
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Jum’at, 31 Desember 2010 | 21:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta – Analis politik Karel H. Susetyo menyarankan agar angka parliamentary threshold (PT) dalam Pemilihan Umum 2014 naik, lebih besar dari pemilihan umum 2009 yang 2,5 persen. “Agar konsisten untuk menyederhanakan partai, sebaiknya PT harus naik terus setiap pemilihan umum,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Sketsa Nusantara ini saat dimintai komentar, Jumat (31/12/2010), soal debat tentang angka parlementary threshold ideal untuk pemilu mendatang.
Soal parlementary threshold ini menjadi perdebatan di kalangan politisi menjelang pembahasan Rancangan Undang Undang Pemilihan Umum. Partai-partai besar seperti Golkar menginginkan ada kenaikan sampai 5 persen, naik dua kali lipat dari PT pada Pemilu 2009. Sedangkan partai-partai kecil seperti Gerindra ingin angkanya tetap, yaitu 2,5 persen. 
Bagi Karel, jika menginginkan ada upada perampingan partai politik, maka pilihan yang paling masuk akal adalah dengan menaikkan angka PT. “Bahkan, misalnya, kalau bisa sampai 10 persen,” kata dia. Tentu saja, kata Karel, itu harus dilakukan secara bertahap. Dengan angka PT yang tinggi, otomatis juga akan menjadi seleksi bagi partai-partai yang selama ini perolehan suaranya kecil.
Dia menampik argumentasi yang dikemukakan sejumlah politisi partai bahwa angka PT yang besar otomatis menghalangi hak warga negara untuk berpartai. “Ini politik. Kalau bikin partai dan kemudian ternyata tak laku dan pemilihnya sedikit, ya sudahlah. Jangan soal hak berpolitik dijadikan dalih,” kata dia. Dia menolak dikotomi pengertian antara partai besar dan partai kecil. Faktanya, kata dia, partai besar adalah partai yang memang didukung oleh orang banyak. Begitu juga partai kecil.
Menurut Karel, ada sejumlah keuntungan dari jumlah partai yang tak terlalu banyak. Pertama, itu tak membingungkan pemilih saat pemilihan. Kedua, dan ini yang lebih penting, adalah membuat suasana politik tak terlalu gaduh. “Selama ini perbedaan antara partai bukan karena beda ideologi, tapi karena beda kepentingan,” kata dia. Kegaduhan politik itu berdampak panjang. Antara lain, investor jadi takut karena menimbulkan ketidakstabilan politik.
Idealnya, kata Karel, partai politik di Indonesia cuma tiga partai saja, yang itu mewakili mainstream, yaitu kaum agamis, kelompok tengah dan nasionalis. “Itu mewakili tiga mainstream ideologi partai di Indonesia,” kata eks analis politik di Charta Politika ini. Kalau pun saat ini ada banyak partai, kata dia, lebih karena ketidakpuasan kepada partai yang akhirnya membuat partai sempalan. Kalau saat ini ada keinginan agar PT tetap kecil, kata dia, itu argumentasi politisi partai agar bisa bertahan di parlemen semata.
Abdul Manan
partai politik Pemilu
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Tiket Masuk Televisi Partai

27 February 2017

Dan Kerusuhan pun Marak di Sampang…

7 June 1997

Mobil Biru yang Bikin Ramai

21 September 1996

Celurit yang Berbuntut Panjang

24 August 1996
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.