Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
23 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Tanah Parang, dan Krisis

Tanah Parang, dan Krisis

Abdul Manan22 August 1998
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Warga rame-rame mematoki lahan tidur. Gubernur Jakarta mengizinkan. Bakal muncul problem hukum.

TANPA menghiraukan tembakan peringatan polisi, bentrok fisik itu terjadi pada Minggu pagi, 9 Agustus lalu. Ratusan warga saling pukul dan main parang dengan para satuan pengamanan (satpam) beserta puluhan orang sipil di sekitar pacuan kuda, Pulomas, Jakarta Timur.

Keributan baru berhenti begitu ada warga terluka parah. Tangan warga itu, Alfian Surianto, 21 tahun, berlumuran darah. “Setelah lima belas menit tak sadarkan diri, baru saya ingat, telapak tangan kanan saya hilang,” tutur pemuda yang mengaku korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di PT Yasonta, Pulogadung, itu.

Rekan-rekannya segera menemukan potongan tangan itu, tergeletak di balik semak. Alfian dibawa ke rumah sakit. Malamnya, setelah dioperasi selama 13 jam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, telapak tangan Alfian bersambung lagi dengan tangannya. “Terpaksa kami menanggung sendiri biayanya,” tutor Siboru Simamora, ibu Alfian.

Belum jelas, siapa yang memulai bentrok berdarah itu. Menurut teman Alfian, Abey Butar-butar, 35 tahun, para satpam dan karyawan PT Pulomas Jaya yang lebih dulu menyerang. Waktu itu, Abey dan para warga sedang mencangkuli tanah di sekitar pacuan kuda, yang sebelumnya sudah mereka patoki. Tiba-tiba, para satpam dan karyawan menyerbu, dengan membawa parang, golok, samurai, dan celurit.

Alfian sendiri mengaku masih berada di luar lokasi. Ketika ia melihat kakaknya, Hendrik, dikeroyok penyerang, Alfian berusaha menolong. Mendadak, seorang lelaki berbadan tegap membatalkan golok ke tangan Alfian. Hendrik bisa lari, kendati kedua pahanya terbacok parang.

Lain lagi versi satpam PT Pulomas Jaya-pengelola tanah Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta itu. Pagi itu, dengan bersenjata golok, satpam dan karyawan membersihkan patok-patok warga di areal tersebut. Kegiatan itu diawasi terus oleh sekitar 50 orang polisi dan tentara. Tahu-tahu, ratusan warga yang membawa aneka senjata tajam menyerang mereka.

Sebetulnya, menurut Barjo, Kepala Keamanan PT Pulomas Jaya, aktivitas warga mematoki lahan seluas dua hektare di sekitar pacuan kuda sudah berlangsung sejak Senin, 3 Agustus lalu. Bila ditegur dan diberitahu bahwa tanah itu milik pemda, para warga malah balik meradang.

Pematokan semakin menjadi jadi setelah ada berita koran edisi 6 Agustus lalu tentang pernyataan Gubernur DKI Sutiyoso yang membolehkan warga menggarap lahan tidur. Mereka ada yang datang berjalan kaki, menggunakan angkutan umum, mengendarai sepeda motor dan mobil pribadi. Ada dari daerah sekitarnya, dari Senen, Pulogadung, atau Bekasi.

Tak cuma di sekitar pacuan kuda terjadi pematokan lahan. Lahan di sepanjang pinggir sungai di Pulomas Barat dan di pinggiran waduk di Pulomas Utara juga dikaplingi warga. Mulanya memang tanam-tanam, “Tapi lama-lama mereka bikin rumah di lahan itu,” ucap Barjo, khawatir. Contohnya, lahan yang dipatoki warga di camping Universitas Jakarta di Pulomas Barat 6. Di situ, kini sudah berdiri rumah-rumah.

* Untuk Ditanami

Namun, Abey dan rekan-rekan mengaku bahwa mereka semata-mata hendak menanami lahan itu dengan sayur-mayur ataupun palawija. “Kami bukan penjarah lahan. Kami tidak ingin keributan. Daripada menganggur, lebih baik kami menggarap tanah itu,” kata Joni. Abey menimpali, “Daripada lahan tidur itu dibiarkan jadi belukar.”

S. boru Simamora juga mengutarakan maksud serupa. Karena anak-anaknya dikenakan PHK, dia mengaku menyambung hidup dengan mencoba menggarap lahan tersebut. “Boro-boro bakal membangun rumah di situ, buat makan saja susah,” ucapnya. Tapi, ibu Simamora mengaku pula kini dia mengurungkan niatnya, setelah Alfian kena musibah.

Yang jelas, Abey dan 56 orang rekannya pantang surut. Mereka mengajukan permohonan untuk menggarap lahan tadi ke PT Pulomag Jaya dan Camat Pulogadung. Mereka berjanji akan meninggalkan lokasi, tanpa menuntut ganti rugi, bila PT Pulomas Jaya akan memanfaatkan kembali lahan tersebut.

Wali Kota Jakarta Timur Sudarsono mengaku masih mempelajari permohonan itu. “Sepanjang digunakan untuk pertanian, kami akan mengizinkan. Namun, diprioritaskan untuk warga yang tinggal dekat lokasi,” katanya.

Tanggapan senada juga diutarakan Gubernur Jakarta Sutiyoso. Menurut Sutiyoso, lahan tidur milik pemda bisa ditanami tanaman semusim oleh warga yang terkena PHK atau yang kesulitan akibat krisis ekonomi.

Tapi, “Bukan untuk dimiliki: ” ujarnya. Dan, “Jangan main patok, tanpa seizin pemilik atau pengelolanya. Itu penjarahan. Pakai prosedur yang ada.”

Di Jakarta, kini ada 2.567 hektare lahan tidur milik pemda. Lahan itu tersebar di sekitar enam ribu lokasi di lima wilayah Jakarta. Selain tanah pemda, lahan tidur milik swasta properti pun boleh digarap warga. Asalkan itu tadi, seizin pemiliknya, tidak untuk dimiliki dan harus dikembalikan bila si empunya membutuhkan kembali. Untuk itu, kabarnya, bakal keluar keputusan presiden.

Tak hanya di Jakarta ditempuh upaya mengatasi kemungkinan tanah dijarah, selain jpga untuk mengurangi beban masyarakat akibat krisis ekonomi. Di Sumedang, Jawa Barat, pemda setempat menawarkan 100 hektare lahan tidur untuk digarap petani. Dan, di Sukabumi, beberapa perusahaan pemilik lahan luas juga menyewakan tanahnya dengan harga murah kepada petani.

Sementara itu, di Jawa Timur, pihak Perhutani II melibatkan pondok pesantren dan koperasi untuk mengelola dan mengamankan hutan jati. Soalnya, penyerobotan tanah dan penjarahan kayu jati semakin marak di Bojonegoro dan Banyuwangi.

Begitupun, rentetan pematokan dan pengkaplingan lahan oleh warga tak kunjung susut. Lahan perkebunan cokelat PTP Nusantara XII di Malang, Jawa Timur, misalnya, dibagi-bagi warga.

Demikian pula tanah seluas 314 hektare dari lahan seluas 1.327 hektare milik PD Banongan, yang ditanami tebu oleh CV Dan, son. Sekitar 300 warga dari sembilan desa di Situbondo, Jawa Timur, rame-rame menanami jagung. Para warga tetap menganggap lahan perkebunan tebu itu merupakan warisan nenek moyang mereka.

Laporan Ondy A. Saputra (Jakarta), Rudianto Pangaribuan (Bandung) dan Abdul Manan (Surabaya)

D&R, Edisi 980822-001/Hal. 70 Rubrik Hukum

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.