Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
24 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Nasabah Kebagian Susahnya

Nasabah Kebagian Susahnya

Abdul Manan15 February 1999
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Kendati pemerintah menjamin dana nasabah, likuidasi masih dianggap menakutkan. Sampaikap danasabah dijamin?

PIMPINAN teras Bank Nusa Nasional (BNN) sempat geram. Gara-garanya pemerintah mengumumkan hendak melikuidasi bank-bank pada akhir Februari mendatang, dan BNN yang milik Aburizal Bakrie itu kecipratan getahnya. Setelah pengumuman itu, BNN diserbu para nasabahnya untuk menarik kembali tabungan dan depositonya. “Untung saja yang narik hanya nasabah di counter. Coba bayangkan bila nasabah besar ikut menarik rekeningnya,” keluh Kurnia Achmadin, Direktur BNN.

Ya, bisa dipahami bagaimana paniknya karyawan BNN memperoleh serbuan mendadak seperti itu. Namun, kejadian itu boleh jadi tidak hanya dialami BNN, tapi juga oleh bank-bank yang terkena isu likuidasi. Persoalannya, mengapa pemerintah tidak pernah belajar dari pengalaman dua kali sebelumnya, tahun 1997 dan 1998 (baca: Tiada Ampun bagi Bank Kategori C). Memang, pemerintah selama ini menjamin semua deposan nasabah deposito, giro, dan tabungan seluruhnya ditambah suku bunga pasar.

Tentu serbuan nasabah tak perlu terjadi jika pemerintah mampu menjelaskan apa makna dan kriteria likuidasi he masyarakat umum. Ini pula yang dinlinta Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional Swasta (Perbanas) Gunarni Suworo. Likuidasi pun harus transparan. “Kalaupun ada likuidasi, Perbanas ingin tahu kriteria yang ditetapkan. Likuidasi juga harus adil karena ada efek negatif di dalamrlya, ada pemutusan hubungan kerja yang menciptakan penganggur baru, conflict of conficence atau turunnya kepercayaan masyarakat,” ujar Gunarni kepada D&R.

Adrian Rusmana, Head of Reearch BNI Securities bisa memahami kritikan masyarakat terhadap pemerintah yang tak terbuka mengumumkan kategori setiap bank tersebut. Persoalannya, masyarakat awam tahunya,alau bank kategori A pasti lebih bagus dari bank kategori B. Karena itu, mereka akan panik memindahkan uang dari B ke A, atau dari C ke A. “Maka dari itu, saya kurang setuju kalau pemerintah menggolongkan bank menjadi A, B, dan C. Sebab, walaupun bank masuk kategori A tapi fungsinya terhadap masyarakat tidak ada, ya, ditutup saja,” katanya.

* Pengalaman Nasabah

Adrian mencotohkan ada beberapa bank kategori A, namun tidak dikenal masyarakat luas. Penjelasan Adrian itu menggarisbawahi berbagai pengalaman para nasabah selama periode likuidasi lalu. Berbagai pengalaman nasabah seperti Anwar Budiman, mantan nasabah South East Asia Bank, dan H. Sukri, pengusaha besi dari Madura, nasabah Bank Harapan Sentosa (BHS) dan Bank Pinaesaan. Kedua nasabah ini sampai melibatkan anggota DPR, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan Soedradjat Djiwandono, Gubernur Bank Indonesia (BI) waktu itu.

Kedua nasabah itu menghabiskan waktu sampai sepuluh bulan. Apalagi keduanya menyimpan deposito dalam jumlah ratusan juta rupiah, bahkan H. Sukri untuk BHS menitipkan Rp 2,5 miliar. Kedua nasabah yang sempat menjadi ketua kelompok nasabah korban likuidasi ini menilai tanggung jawab pemerintah hanya di mulut. Sebab, selama ketidakpastian itu, mereka berdua tidak sedikit mengeluarkan ongkos yang tidak kecil artinya. Mulai ongkos transportasi Jakarta-Surabaya sampai penginapan. Bahkan, karena terlalu jengkel dan diombang-ambingkan berbagai pihak, H. Sukri pernah mengancam BI. “Kalau tidak diperhatikan, Bank Indonesia akan saya duduki bersama 50 ribu orang,” kenangnya. Repotnya sekarang, penjaminan pemerintah atas dana nasahah ada batasnya. Desember 1999, penjaminan itu akan berakhir. Jadi, kalau ada likuidasi selepas Desember nanti, dana nasabah bisa saja melayang. Ingat kasus penutupan Bank Suma? Hingga kini banyak nasabah yang duitnya belum kemhali. Jadi, hati-hati setelah Desember 1999. Kalau Anda punya uang banyak, pilih bank yang baik.

F.H,R./Laporan Febrina M.S. dan Selvester Keda (Jakarta), Abdul Manan (Surabaya), J. Anto (Medan)

D&R, Edisi 990215-027/Hal. 58 Rubrik Liputan Khusus

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.