Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
23 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Mencari Jalan Baru ke Senayan

Mencari Jalan Baru ke Senayan

Abdul Manan16 March 2003
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Sejumlah politikus “bermasalah” mencari jalan untuk tetap berada di Senayan. Ada yang mendirikan partai baru.

APA kabar para politikus yang pada Pemilu 1999 partainya tidak mencapai ketentuan electoral threshold atau ditendang oleh partainya? Mereka belum menyerah. Lihatlah Abdul Qadir Jaelani. Ia tak melulu berada di Gedung DPR RI di Senayan. Kini sebagian besar waktunya diluangkan di markas partainya yang baru, Partai Al-Islam Indonesia, di Jalan Haji Awaluddin, kawasan Tanah Abang. Ia sibuk menyusun strategi agar partainya bisa memenuhi kuota dua pertiga jumlah cabang di provinsi dan kabupaten, untuk ikut Pemilu 2004.

Bekas Ketua Komando Jihad Umat Islam Seluruh Indonesia (1966-1967) ini memang tak sendirian. Beberapa politikus di Senayan seperti Hartono Mardjono, Gregorius Seto Harianto, Manase Malo, Abdul Kholiq Ahmad, juga mengalami nasib serupa. Ketentuan electoral threshold memaksa mereka meninggalkan partai lama untuk membuat partai baru atau melakukan aliansi.

Jaelani tadinya bergabung di Partai Bulan Bintang, partai yang lolos ikut Pemilu 2004. Namun, bersama Hartono Mardjono, dia tidak mengakui kepemimpinan Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Umum PBB. Keduanya lantas dipecat. Buah dari pemecatan itu, ia pun terusir dari fraksinya. Setelah DPR menutup peluang adanya anggota yang tidak berafiliasi dengan salah satu fraksi, dia pun bergabung dengan Fraksi Daulah Ummah. Tetapi Jaelani dan Hartono tidak juga bersatu. Jaelani mendirikan Partai Al-Islam Indonesia, Hartono mendirikan Partai Islam Indonesia.

Jaelani mengakui secara jujur bahwa cukup berat bagi partainya untuk bisa memenuhi persyaratan seperti yang diatur dalam UU Partai Politik dan UU Pemilu. Dalam undang-undang partai politik diatur, partai bisa lolos verifikasi jika memiliki jumlah cabang 50 persen di 30 provinsi dan 421 kabupaten atau kota. Padahal, untuk provinsi, partainya baru punya 14, dan 64 untuk tingkat kabupaten.

Yang lebih membuatnya pusing adalah aturan dari UU Pemilu, yang mensyaratkan partai politik harus punya cabang di tingkat provinsi dan kabupaten sebanyak dua pertiga, dan kartu anggota sebanyak 1.000 tiap kabupaten. “Partai besar pun belum tentu bisa. Apalagi partai baru seperti kami,” katanya. Aliansi adalah salah satu cara yang bisa menyelamatkan. Sayangnya, kata Jaelani, rencana aliansi partai-partai Islam itu mentah setelah pertemuan pekan lalu tak membuahkan hasil.

Politikus yang mengalami nasib serupa adalah Gregorius Seto Haryanto dari Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB). Sejak empat bulan lalu, dia sibuk di markas Partai Pembela Demokrasi Kasih Bangsa di Jalan Wijaya, agar bisa lolos dalam verifikasi partai politik dan ikut pemilu. Hasilnya, kini sudah ada pengurus di 28 provinsi dan 270-an di kabupaten.

Anggota Fraksi PDKB semula lima orang. Jumlahnya berkurang setelah Astrid Susanto dipecat karena dinilai sering keluar dari garis kebijakan partai. Astrid lantas bergabung dengan FKKI. Namun Fraksi PDKB bubar setelah tata tertib DPR mengharuskan keanggotaan fraksi minimal 10 orang. Akhirnya, empat anggotanya bergabung ke PKB. Toh, mereka tak satu kata soal kendaraan politik untuk Pemilu 2004. Seto dan dua lainnya bergabung di Partai Pembela Demokrasi Kasih Bangsa, sedangkan Manase Malo mendirikan Partai Demokrasi Kasih Bangsa Pembaruan.

Lain lagi Abdul Kholiq Ahmad dari Fraksi Kebangkitan Bangsa. Kehadirannya dalam Sidang Istimewa MPR Juli 2001 lalu berbuntut sengketa dengan partainya yang hingga kini belum selesai. Konflik internal ini memang tak mengendurkan semangatnya mengikuti sidang-sidang DPR, tapi hubungannya dengan Fraksi Kebangkitan Bangsa jadi tak sehangat dulu. “Sekarang, kalau ketemu, ya cuma say hello,” katanya.

Kini, dia masih menunggu apa fatwa pengadilan dalam kasus gugatannya atas pemecatan dirinya bersama Matori Abdul Djalil karena mengikuti Sidang Istimewa MPR itu. Jika gugatannya menang, PKB resmi jatuh ke tangan Matori, dan PKB pimpinan Alwi Shihab yang harus ganti nama. Begitu juga sebaliknya. Namun, kata Kholiq, PKB versi Matori belum merancang partai baru karena yakin akan menang.

Memang, begitu bernafsu para politikus untuk tetap berada di Senayan.

Abdul Manan

***

Anggota DPR yang Pindah Haluan
===============================
Nama Pemilu Fraksi Pemilu
-“- 1999 -“- 2004
===============================
H.M. Husein Naro PP FKKI Partai Persatuan
Abdul Kholiq Ahmad PKB PKB Tunggu pengadilan
Astrid Susanto PDKB FKKI Belum berpartai
Gregorius Seto PDKB FKB Partai Pembela DKB
A.N. Radjawane PDKB FKB Partai Pembela DKB
K.T. Sirait PDKB FKB Partai Pembela DKB
Manase Malo PDKB FKB PDKB Pembaharuan
Hartono Mardjono PBB FDU PII
Abdul Qadir Jaelani PBB FDU Partai Al-Islam Indonesia
===============================

— dari berbagai sumber

TEMPO Edisi 030316-002/Hal. 38 Rubrik Nasional

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.