Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
23 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Kini Giliran Menggempur Afrika Utara

Kini Giliran Menggempur Afrika Utara

Abdul Manan14 October 2013
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Setelah lebih dari satu dekade berperang dengan dalih menumpas teroris, Amerika Serikat memandang ancaman teror tak lagi berasal dari Pakistan atau Afganistan. Yang paling gawat kini justru datang dari milisi yang tersebar di wilayah Afrika Utara. “Afrika salah satu tempat berkumpulnya kelompok teroris. Kami akan terus memburu mereka,” ujar Presiden Barack Obama dalam jumpa pers Selasa pekan lalu.

Pemerintah Obama gusar karena kelompok-kelompok itu gencar menebar teror di Benua Hitam. Sabtu dua pekan lalu, pasukan Amerika menyerbu Nofliene, Tripoli, Libya, mencokok Nazih Abdul-Hamed al-Ruqai. Pria yang memiliki nama alias Abu Anas al-Libi itu baru sampai di halaman rumahnya pada pukul 06.30 waktu setempat ketika tiba-tiba sepuluh pria berhamburan dari tiga mobil untuk mengepungnya.

Para penyergap itu bersenjata lengkap dan sebagian mengenakan penutup wajah. Mereka memecahkan kaca mobil Al-Libi dan menariknya keluar. Pasukan misterius yang belakangan diketahui sebagai pasukan khusus Angkatan Darat Amerika, Delta Force, itu membawanya tanpa perlawanan.

Dalam waktu hampir bersamaan, terpisah jarak lebih dari 4.800 kilometer, pasukan khusus Marinir Amerika, Navy SEALs, menyerang perumahan di Baraawe, kota pelabuhan di tenggara Lower Shebelle, Somalia. Mereka memburu Mohamed Abdikadir Mohamed alias Ikrima, salah satu komandan paling berbahaya di kelompok teror Somalia, Al-Shabaab. Setelah tembak-menembak selama satu jam, Navy SEALs mundur tanpa hasil. Ikrima kabur tanpa luka sedikit pun. Ia diduga dekat dengan Saleh Ali Nabhan, orang kedua di Al-Shabaab dan tokoh Al-Qaidah Afrika Timur.

Menurut dokumen Badan Intelijen Nasional Kenya, Ikrima terkait dengan perempuan warga Inggris, Samantha Lewthwaite alias White Widow, 29 tahun. Buron Interpol ini diduga menjadi salah satu otak serangan Al-Shabaab ke Westgate Mall, Nairobi, 21 September lalu, yang menewaskan setidaknya 72 orang.

Sasaran operasi simultan Departemen Pertahanan Amerika itu sama, yakni orang-orang yang dianggap terlibat dalam pengeboman Kedutaan Amerika di Dar es Salaam, Tanzania, dan Nairobi, Kenya, pada 7 Agustus 1998, yang menewaskan 223 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang. Al-Libi diduga menjadi otak pengeboman ini.

Dua pengeboman itu membuat Al-Qaidah dan dua tokoh pentingnya, Usamah bin Ladin dan Ayman al-Zawahiri, menjadi perhatian publik Amerika untuk pertama kalinya. Biro Penyelidik Federal (FBI) memasukkan mereka dan Al-Libi ke daftar orang paling dicari. Bahkan FBI memberikan iming-iming US$ 5 juta bagi siapa saja yang bisa menangkap Al-Libi.

Al-Libi lahir di Libya, lulus dari Universitas Tripoli, dan menghabiskan sebagian waktunya di Sudan ketika Usamah berada di sana pada awal 1990. Setelah Usamah keluar dari Sudan, ia muncul di Inggris pada 1995 dan mendapatkan suaka. Ia sempat ditangkap Scotland Yard pada 1999, tapi dibebaskan karena kurang bukti. Setelah itu, ia kabur dari Inggris. Al-Libi diduga pulang ke Tripoli pada 2010.

Istri Al-Libi, Umm Abdul Rahman, mengatakan suaminya pernah menjadi anggota Al-Qaidah dan pengawal pribadi Usamah, tapi keluar pada 1996. “Dia tidak ambil bagian dalam pengeboman mana pun di dunia.”

Perdana Menteri Interim Libya Ali Zeidan mengatakan penangkapan Al-Libi merupakan penculikan. Ia minta Al-Libi dikembalikan.

***

Penyerbuan pasukan khusus ke Libya dan Somalia merupakan aksi terbuka pertama Amerika Serikat di Afrika. Matthew M. Aid, dalam buku Intel Wars: The Secret History of the Fight Against Terror (2012), menyebutkan Israel-lah yang memperingatkan Amerika ihwal bahaya dari benua itu.

Pada 2005, Meir Dagan, Kepala Dinas Intelijen Israel, Mossad, memperingatkan anggota Kongres AS soal gelombang kepulangan kelompok jihad dari Irak. Setelah tiba di negara asalnya, baik di Timur Tengah maupun Afrika, mereka tetap berhubungan dengan kolega jihadnya. Dagan khawatir mereka tak dapat dikontrol karena negara asal mereka tak memiliki kemampuan untuk itu, sehingga mereka bisa mengancam stabilitas kawasan tersebut, dan ujung-ujungnya mengancam Israel.

Prediksi Dagan tak meleset. Pada 2007, Dinas Intelijen Amerika (CIA) memperkirakan Al-Qaidah telah bermetamorfosis ke luar Pakistan–negeri yang menjadi surga persembunyian Al-Qaidah setelah Amerika menyerbu Afganistan pasca-tragedi 11 September yang menewaskan lebih dari 3.000 orang. Usamah juga bersembunyi di Pakistan sebelum tewas dalam penyergapan oleh pasukan Navy SEALs di Abbotabad pada 2 Mei 2011.

Tahun-tahun invasi Amerika di Irak juga menandai kelahiran atau menguatnya sejumlah milisi dan organisasi teror di Afrika, seperti Boko Haram di Nigeria, Al-Shabaab di Somalia, Al-Qaidah di Wilayah Islam Magribi (AQIM) di Aljazair dan Mali, Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) di Yaman, serta Al-Qaidah di Afrika Timur (AQEA) di Kenya. Al-Shabaab bermerger dengan Al-Qaidah pada Februari 2012. Boko Haram berhubungan baik dengan AQIM.

Berita penyanderaan, penyerangan, dan pengeboman terus mengalir dari benua itu. Sasarannya meluas hingga mancanegara. Pada Juli 2010, Al-Shabaab meledakkan bom di sebuah kafe di Kampala, Uganda, yang menewaskan 79 orang yang sedang menonton siaran sepak bola Piala Dunia. Yang paling gres adalah serangan kelompok Al-Shabaab ke Westgate Mall.

Sebelum penyerangan Westgate Mall, banyak analis terorisme percaya hanya Al-Qaidah yang bisa menyerang di luar basisnya. Al-Shabaab mendobrak mitos itu. Pakar kontraterorisme dari lembaga pemikir RAND, Seth Jones, mengatakan serangan itu terencana baik. Al-Shabaab mengumpulkan data intelijen, mengawasi, dan mengintai target dengan cermat.

Amerika pernah berurusan dengan kelompok milisi Somalia yang dipimpin Mohamed Farrah Aidid pada 1993. Pada 3-4 Oktober tahun itu, tentara Amerika terlibat baku tembak dengan milisi Aidid, yang menewaskan 18 prajurit Amerika. Dua helikopter Black Hawk milik Amerika ditembak jatuh, yang kemudian dikenal dengan Black Hawk Down. Tahun berikutnya, Amerika menarik pasukannya, yang menyebabkan Somalia jatuh ke tangan milisi.

Amerika kembali berurusan dengan Somalia setelah kelompok milisi, termasuk Al-Shabaab, merebut Mogadishu. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi pembentukan Pasukan Perdamaian Uni Afrika untuk Somalia pada 2007. Meski tak mengirim pasukan, Amerika mengucurkan dana sekitar US$ 550 juta dan melatih tentara negara Afrika yang ke Somalia.

Pada 23 Juni 2011, Amerika mengirimkan pesawat tanpa awak (drone), yang menembak dua anggota Al-Shabaab hingga cedera. Ini menjadi serangan drone pertama Amerika di Somalia. Soal operasi drone ini, Direktur CIA saat itu, Leon Panetta, mengatakan kepada anggota Senat Amerika bahwa intelijen memiliki bukti Al-Shabaab sedang mencari sasaran di luar basisnya.

Dewan Keamanan PBB, yang menyebut Afrika sebagai “Busur Ketidakstabilan”, menyatakan terorisme tak bisa dikalahkan hanya oleh kekuatan militer, penegakan hukum, dan operasi intelijen. Harus ada upaya pencegahan agar ketidakstabilan itu tak meluas ke seluruh benua. “Terorisme mengancam perdamaian, keamanan, dan pembangunan di Afrika,” kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam debat soal keamanan di Afrika beberapa waktu lalu.

Penyergapan ke Libya dan Somalia tampaknya bukan aksi terakhir Amerika di Benua Hitam. Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Nusa Dua, Bali, Ahad dua pekan lalu, mengatakan operasi itu untuk menunjukkan Amerika tak akan berhenti meminta pertanggungjawaban siapa pun yang melakukan teror. “Mereka bisa lari, tapi tak bisa bersembunyi.”

Abdul Manan (The Washington Post, The New York Times, CNN, CS Monitor, Long War Journal)

—

Lengkung Ketidakstabilan Afrika
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan milisi dan kelompok teror membentuk “Busur Ketidakstabilan” di Afrika. Inilah mereka.

TUNISIA
Ansar al-Syariah
Kelompok ini mendukung ideologi Al-Qaidah. Diduga menjadi provokator serangan ke Kedutaan Amerika Serikat di Tunis, 14 September 2012, yang mengakibatkan empat orang tewas.

ALJAZAIR
Al-Qaidah dan milisi
Kelompok yang dipimpin Mokhtar Belmokhtar menyandera 800 orang di Amenas, 16 Januari 2013. Sejumlah 39 sandera asing tewas.

LIBYA
Al-Qaidah di Wilayah Islam Magribi (AQIM)
Ketika Mali di bawah tekanan pasukan Prancis, banyak milisi Al-Qaidah dan kelompok islamis mengungsi ke Libya.

MAURITANIA
AQIM dan milisi
Amerika menyatakan AQIM beroperasi di sini sejak 2005.

MALI
AQIM
AQIM menyandera diplomat Kanada, Robert R. Fowler dan Louis Guay, selama 130 hari sejak 14 Desember 2008. AQIM minta tebusan US$ 1 juta.

NIGERIA
Boko Haram
Lebih dari seribu orang tewas dalam serangan Boko Haram dua tahun terakhir.

YAMAN
Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP)
Al-Qaidah menyerang kapal USS Cole, 12 Oktober 2000, di Aden, 17 pelaut Amerika tewas.

SOMALIA
Al-Shabaab
Kelompok ini mengebom kafe di Kampala, Uganda, 79 orang tewas. Menyerang Westgate Mall, Nairobi, Kenya, 21 September 2013, 72 orang tewas.

KENYA
Al-Qaidah di Afrika Timur (AQEA) dan milisi
Al-Shabaab menunjuk kelompok jihad Kenya sebagai “perwakilan”-nya dan mengakui Muslim Youth Centre sebagai afiliasinya.

TANZANIA
Al-Qaidah dan milisi
Al-Qaidah mengebom Kedutaan Amerika di Dar es Salaam, 7 Agustus 1998, 11 orang tewas.

Sumber: Thestar.com, kantor berita, Abdul Manan

Majalah Tempo, 14 Oktober 2013

Al-Qaeda Al-Shabaab Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) John Kerry Mossad Osama bin Laden US Navy SEALs
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Jeanne, Agen Perempuan CIA Penangkap Mata-mata

30 April 2019

Khaled Meshaal dan Misi Gagal Mossad di Yordania

27 April 2019

Di Balik ‘Perang Terbuka’ CIA dan Komite Intelijen Senat AS

27 April 2019

Geronimo: E.K.I.A…!

21 April 2019

Ingin Jadi Mata-mata? Mossad Lagi Buka Lowongan

20 April 2019

Bodyguard Pemimpin Hezbollah Itu Ternyata Agen Mossad

10 April 2019
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.