Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
23 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Gawat, Pegadaian Terancam Bangkrut

Gawat, Pegadaian Terancam Bangkrut

Abdul Manan19 September 1998
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Perum Pegadaian kesulitan uang. Benteng terakhir sumber dana rakyat kecil itu terancam bangkrut.

SEORANG perempuan setengah baya tampak kecewa. Perhiasan emas seberat 400 gram yang hendak digadaikannya ditolak petugas Pegadaian Cabang Salemba, Jakarta Pusat. Seharusnya, dengan menggadaikan emas sebanyak itu paling tidak ia bisa dapat pinjaman Rp 20 juta. Namun, perempuan itu hanya dapat pinjaman Rp 1,5 juta. “Pembatasan ini terpaksa dilakukan,” ujar Firdaus Mutiara, Kepala Pegadaian Salemba.

Perintah pembatasan pemberian pinjaman untuk nasabah datang dari Direksi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian beberapa bulan lalu. Mulai Agustus ini, 638 cabang pegadaian di 27 provinsi diminta menciutkan batas maksimal pinjaman, dari Rp 20 juta jadi Rp 5 juta per surat bukti kredit. “Pinjaman maksimal Rp 5 juta pun masih terlalu besar. Untuk pemerataan, karena keadaan sekarang memang sulit, saya turunkan batas maksimalnya jadi Rp 1,5 juta,” ujar Firdaus.

Di Pegadaian Cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, maksimal pinjaman ditetapkan sebesar Rp 2,5 juta per surat bukti kredit sejak Agustus lalu. “Kami sudah tidak dapat dana dari kantor pusat sehingga kebutuhan sehari-hari diputar dari pelunasan pinjaman,” ujar Mahful Umar, Kepala Perum Pegadaian Cabang Kebayoran Baru.

Pegadaian Kebayoran Baru sebelum plafon ditetapkan bisa menyalurkan kredit Rp 200 juta hingga Rp 300 juta sehari. Kini hanya Rp 125 juta hingga Rp 200 juta. Itu jelas sangat turun. Nasib serupa juga menimpa pegadaian di berbagai kota, seperti Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Di Pegadaian Cabang Depok, Semarang, jumlah maksimal pinjaman dibatasi hanya Rp 1 juta. Walaupun, menurut Suranto, kepala cabangnya, nasabah yang sangat butuh bisa diberi lebih dari plafon itu. “Kami tak menerima agunan mobil lagi karena akan menimbulkan kecemburuan. Kini, zamannya kan peka,” ujar Suranto.

Keputusan tak menerima mobil sebagai agunan juga diterapkan di Kantor Pegadaian Jalan Dinoyo, Surabaya. Kesulitan likuiditas juga dirasakan semua cabang pegadaian di Yogyakarta. Karena kiriman uang dari Jakarta tak ada lagi, sumber pinjaman hanya mengandalkan uang tebusan.

Mengapa bisa begitu? “Terus terang saja, kami kehabisan modal kerja. Lonjakan permintaan jasa gadai di luar perkiraan. Krisis ekonomi membuat pertumbuhan kredit melonjak dug kali lipat,” ujar Deddy Kusdedi; Direktur Operasional dan Pengembangan Perum Pegadaian.

* Modal Sudah Ludes

Jika Januari hingga April lalu rata-rata per bulan di seluruh cabang disalurkan Rp 200 miliar, Juli sudah mencapai Rp 358 miliar. Pegadaian, yang beromzet Rp 1,8 triliun, mengalami kesulitan setelah modal kerja tahun ini sebesar Rp 650 miliar ludes. Itulah sebabnya, pegadaian butuh modal kerja tambahan Rp 200 miliar.

Pegadaian makin tercekik karena jatah kredit dari Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp 175 miliar sudah habis disalurkan. Malah, tambahan kredit karena kebaikan Bank Rakyat Indonesia-di luar plafon kredit itu-sebesar Rp 100 miliar juga sudah ludes dipinjam para nasabah. Bukan itu saja, modal kerja pegadaian makin tipis karma obligasi pegadaian tidak laku dijual. Bunga sebesar 55 persen yang ditawarkan tak dilirik investor. Buntutnya, target obligasi Rp 150 miliar luput dan hanya tercapai Rp 50 miliar. Menurut Deddy, orang lebih tertarik membeli Sertifikat Bank Indonesia. “Selain bunganya lebih tinggi, yakni 70 persen, keuntungannya bisa dipetik dalam jangka pendek, tidak seperti obligasi pegadaian,” katanya.

Karena kesulitan likuiditas, direksi Perum Pegadaian meminta bantuan dana Bank Indonesia. Namun, sama sekali tak digubris kendati surat permohonan kredit sudah dilayangkan dua bulan silam. Pegadaian sebenarnya hanya minta tambahan modal kerja Rp 100 miliar lagi. “Bank Indonesia gampang sekali menyuntik bank-bank milik konglomerat hingga triliunan rupiah, namun kami yang langsung melayani rakyat kecil, bahkan kredit yang kami minta jumlahnya tak seberapa, malah tak diberi,” ujar Deddy.

Deddy memang berhak dongkol. Bank Central Asia, misalnya, yang menggunakan uang negara untuk kepentingan bisnis para pemilik bank itu sendiri, malah dibantu Bank Indonesia Rp 25 triliun. Namun Perum Pegadaian, lembaga keuangan yang banyak menolong rakyat kecil, diabaikan. Para pegawai pegadaian di pantai utara Jawa sering harus menahan rasa pedih yang luar biasa karena makin banyak nasabah yang menggadaikan piring dan gelas sekadar memperoleh Rp 2.500 untuk membeli beras.

Kini, pegadaian hanya mengandalkan pemberian kredit dari uang tebusan. Namun, itu tak membuat pegadaian patah arang. Deddy masih yakin Perum Pegadaian tak akan bangkrut. “Laba tahun ini memang akan terpangkas 50 persen dan hanya tinggal Rp 15 miliar,” ujar Deddy. Namun, sejumlah kepala cabang pegadaian pesimistis: kredit yang disalurkan akan makin kecil.

Irawan Saptono/Mohamad Subroto (Jakarta), Ahmad Solikhan (Yogyakarta), Prasetya (Semarang) dan Abdul Manan (Surabaya)

D&R Edisi 980919-005/Hal. 58 Rubrik Bisnis & Ekonomi

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.