Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
18 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Dua Sekawan Baru di Geng Solo

Dua Sekawan Baru di Geng Solo

Abdul Manan3 February 2003
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Inilah profil dua aktor baru jaringan bom Bali. Keduanya masih jadi buron.

BEGITU mendengar nama Abdul Ghoni disebut-sebut polisi, Ibu Pawiro Sukarto, 73 tahun, terpukul. Ia gundah sepanjang saat. Sang ibu agaknya merasa bahwa anaknya bisa menemui kesulitan berat. Ghoni–bersama Syawad dan Umar alias Patek–kini diuber polisi gara-gara dianggap sebagai peracik bom yang meluluhlantakkan kawasan wisata Legian, Kuta, Bali, 12 Oktober 2002 lalu.

Keterlibatan Ghoni dan Syawad alias Sudjio bin Siswomulyono ini diungkapkan Ali Imron di Markas Kepolisian Daerah Bali, Kamis pekan lalu. Dua sekawan inilah yang menurut Imron berperan penting–sebagai teknisi pertama yang meracik bom–sejak 25 September sampai 2 Oktober. Keduanya menggarap bahan peledak yang disiapkan Amrozi.

Sebelumnya, Ghoni memang diburu polisi, tapi dengan tuduhan sebagai penyedia logistik untuk Abdul Aziz alias Imam Samudra. Dia disangka telah menyediakan rumah kontrakan untuk Imam di Dukuh Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah. “Pemain utama” bom Bali yang masih dicari adalah Umar alias Patek–yang sedari awal masuk daftar pencarian orang. Ali Imron rupanya membalikkan “status” keduanya, dari figuran menjadi pemain kunci.

Bagi Ali Imron, Syawad bukan nama asing. Mereka bertemu di Thurkom, wilayah perbatasan Afganistan dan Pakistan. Di kamp milik salah satu komandan Ijtihad Islamiyah Afganistan inilah keduanya digembleng secara fisik, dibekali ilmu agama, khususnya tentang jihad, dan dibekali keterampilan merakit bom. Setelah itu, Syawad menghilang.

Sampai Ali Imron ditangkap di Pulau Berukang, Kalimantan Timur, 13 Januari lalu, Syawad–yang diberitakan sudah ada di Indonesia–masih tak diketahui rimbanya.

Sedangkan Ghoni, pria kelahiran Karanganyar, 12 Agustus 1969, pernah digerebek polisi di rumah kontrakannya di Dukuh Mantung, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, 24 November 2002. Waktu itu–bersamaan dengan digeledahnya rumah kontrakan Imam Samudra, Nova Ariyanto, serta Herniyanto, yang juga di Desa Sanggrahan, sekitar tiga kilometer ke arah barat daya Solo–polisi tak menemukan penghuni rumah.

Dari penuturan warga sekitar, penghuninya sudah hengkang 14 hari sebelumnya. Namun polisi menemukan 12 magasin kosong, yang terdiri atas 8 jenis magasin M-16 dan 4 jenis AK-47, di plafon rumah Ghoni. Selain itu, residu bahan peledak ditemukan di salah satu ruangnya. Sang istri, Sri Wahyuningsih, bersama empat anaknya diketahui beberapa hari kemudian “mengungsi” ke daerah Tulung, Klaten. Sri diperiksa polisi soal menghilangnya sang suami.

Ghoni memang tergolong misterius. Bernama alias Suranto, dia pernah menghilang selama lebih-kurang lima tahun dari rumah keluarganya di Dukuh Karangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Padahal waktu itu, 1989, dia tengah kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat menginjak semester III, tiba-tiba dia memutuskan keluar. Alasannya, dia merasa kasihan kepada orang tua karena biaya kuliah mahal. Dia pamit ke Jakarta dan lenyap begitu saja.

Dia muncul lagi di kampungnya di waktu subuh suatu hari di bulan April 1994. “Kami sekeluarga menangis. Ketika ketemu, saya langsung dipeluk dan diciumi,” tutur Muryati, salah satu kakaknya.

Banyak yang berubah setelah itu. Pria 33 tahun itu menjadi lebih fanatik. Ia berjenggot panjang, memakai celana menggantung di atas tumit, dan sering berbaju koko. Dia juga meminta agar ketiga kakaknya memakai jilbab. Padahal dulu, alumni Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar itu, “Paling-paling hanya suka pergi ke masjid,” ungkap Jono, tetangganya.

Sepulang “merantau”, pada 1994, itulah Ghoni menikah dengan Wahyuningsih. Mereka ikut orang tua karena Ghoni tidak bekerja. Begitu anak pertamanya lahir, dia membuka usaha dengan membuat limun. Kemudian mereka pindah ke Dukuh Mantung, Solo, November 1997. Di rumah baru ini, Ghoni mendirikan warung kelontong. Kepada warga sekitar, ayah empat anak ini mengaku sebagai makelar sepeda motor dan mobil. Di luar itu, masyarakat tidak tahu apa pun sampai akhirnya terjadi penggeledahan dan namanya masuk daftar tersangka peledakan bom Bali. “Selain tidak pernah bergabung dengan warga sini, tak ada perbuatan penghuni rumah ini yang mengusik warga,” kata Sutrisno, pemilik rumah kontrakan Ghoni.

Sang ibu juga tak habis pikir. “Dia itu jarang pulang, kok, tahu-tahu sudah begini,” ujar Ibu Pawiro lemah. Punya seorang anak yang dituduh sebagai teroris jelas membuatnya hancur.

Abdul Manan, Imron Rosyid (Solo), Sohirin (Semarang)

TEMPO Edisi 030223-051/Hal. 32 Rubrik Laporan Utama

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.