Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
18 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Cuma Soal Nasi Padang

Cuma Soal Nasi Padang

Abdul Manan7 January 2008
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Betulkah Antasari Azhar mengangkat sejumlah kawan dekatnya menjadi penasihat bayangan?

ANTASARI Azhar mengaku punya kebiasaan baru. Setiap menghadiri hajatan, dia tidak bakal berlama-lama. Habis salaman dengan sahibul hajat, dia langsung kabur. Walhasil, cuma beberapa menit ia habiskan di tempat hajatan.

Padahal, sebelumnya dia terhitung betah di tempat pesta. Habis salaman, Antasari menuju meja makan. Mencicipi hidangan lalu mengobrol ke sana kemari. Dia juga suka reuni dengan keluarga atau handai taulan di tempat pesta.

Terpilih menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi awal Desember lalu, Antasari mengaku mengubah kebiasaan. ”Saya takut hajatan seperti itu dimanfaatkan orang bermasalah untuk ketemu.” katanya. Apalagi, ujarnya lebih lanjut, ”Saya disorot media terus-terusan.”

Selain main petak umpet di tempat pesta, Antasari mengaku sekuat tenaga merapatkan barisan karyawan KPK. Sebab, begitu Antasari terpilih awal Desember lalu itu, merebak kabar bahwa sejumlah deputi dan staf segera meninggalkan komisi itu.

Sejumlah staf dan deputi yang mau mundur itu pernah mengadu kepada petinggi Indonesia Corruption Watch (ICW). Yang memilih bertahan di KPK, kata Adnan Topan Husodo dari ICW, ”Akan meng-counter kasus titipan yang dibawa Antasari.”

Saat itu beredar kabar bahwa rupa-rupa alasan orang menolak Antasari. Ada yang merasa tidak cocok dengan gaya kepemimpinannya, ada pula yang gerah karena Antasari disebut-sebut bakal membawa pasukan sendiri ke komisi itu.

Pasukan itu beranggotakan tim sukses yang berkeringat menyokong Antasari ke kursi ketua. Mereka itu disebut-sebut yang mengurus lobi ke sejumlah partai politik, anggota Dewan di Senayan, dan sejumlah kalangan.

Anggota tim sukses itu pula yang sekuat tenaga membela ketika Antasari digebuk sejumlah lembaga swadaya masyarakat karena rekam jejaknya buram tak karuan.

Saat pencalonan berlangsung, Antasari memang dituduh memiliki riwayat buruk dalam pemberantasan korupsi. Mulai dari tuduhan menerima uang suap hingga tudingan gemar bertaruh di meja judi.

Dia, misalnya, dituduh memperlambat eksekusi Tommy Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita. Saat menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, dia dituding memperlambat eksekusi sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Selain itu, Antasari juga dituduh menyelamatkan Djoko Chandra dalam kasus Bank Bali dan menerima uang Rp 3 miliar dari seorang tersangka korupsi ketika menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara.

Nah, tim sukses itulah yang rajin meng-counter semua isu itu dalam berbagai kesempatan. Sebagai balas jasa, kata sumber Tempo, anggota tim sukses itu hendak diberi tempat di komisi itu.

Kebetulan, sejumlah jabatan sedang lowong. Dua kursi deputi, yakni Deputi Pengawasan Internal dan Deputi Penindakan, sedang kosong.

Hingga kini komisi itu juga baru memiliki dua orang penasihat. Padahal, menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK, jumlah penasihat empat orang. Di luar deputi dan penasihat itu, komisi itu masih memerlukan pegawai setingkat staf.

Namun, pasukan Antasari itu membentur tembok, sebab di komisi itu ada mekanisme penerimaan anggota baru. Gagal masuk ke dalam, kata sumber Tempo, jadilah anggota tim sukses itu diparkir di badan penasihat bayangan. Para penasihat bayangan itulah think tank Antasari dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua komisi itu.

Mereka yang kerap diminta saran itu, antara lain, Chairul Imam dan beberapa teman Antasari saat bekerja di Kejaksaan Agung. Mereka datang dari rupa-rupa tingkatan, dari jaksa tinggi hingga jaksa junior.

Chairul Imam memang sudah kenal lama dengan Antasari. Saat Chairul menjadi Direktur Tindak Pidana Korupsi, Antasari menjadi Kepala Subdirektorat Penyidikan. Chairul disebut-sebut kerap membela Antasari ketika digebuk sejumlah kalangan.

Kepada Tempo, Chairul Imam mengaku kerap berdiskusi dengan Antasari di kantor, rumah, atau di restoran sembari menyeruput kopi. Namun, dia membantah keras menjadi tim sukses dan tim penasihat. ”Nanti dikira saya tukang nyetir Antasari,” katanya.

Saat Antasari digebuk sejumlah kalangan, Chairul mengaku sering memberi penjelasan. Tapi, dia merasa pembelaan itu dilakukan semata-mata karena semua tuduhan itu tidak fair.

Antasari, kata Chairul, dituduh menerima rumah dari Tommy Soeharto di Pondok Indah. Tuduhan itu sama sekali tanpa bukti. ”Kalau memang rumah itu ada, potret saja, biar semua orang tahu,” katanya. Mungkin karena ngomong begitu, sambung Chairul, ”Saya lalu dikira anggota tim sukses.”

Soal menjadi anggota tim penasihat bayangan juga dibantah Chairul Imam. Setelah diangkat menjadi Ketua KPK, katanya, Antasari dan sejumlah kawan-kawannya pernah bertemu di rumah Chairul Imam.

Macam-macam topik dibahas dalam pertemuan itu. Dari modus-modus korupsi hingga strategi memberantasnya. ”Yah, semacam brainstorming-lah. Kalau ada manfaatnya, mengapa tidak?” kata Chairul. Menurut dia, itu diskusi biasa antarteman dan bukan sebagai tim penasihat.

Antasari sendiri mengaku bahwa saat berjuang menjadi anggota komisi itu dia dibantu sejumlah orang-orang dekatnya. Mereka, antara lain, bekas atasannya di Kejaksaan Agung dan sejumlah jaksa junior.

Bantuan mereka macam-macam, mulai dari menulis makalah hingga sekadar berdiskusi soal berbagai modus korupsi di Indonesia, juga kiat memberantasnya.

Setelah terpilih menjadi Ketua KPK, tutur Antasari, dia masih rajin bertukar pikiran dengan para sahabatnya itu. Namun, Antasari memastikan, ”Orang-orang itu bukan tim penasihat bayangan. Toh, siapa pun saya ajak diskusi.”

Antasari juga menyadari situasi internal yang disebut-sebut kurang bersahabat terhadap dirinya. Itu sebabnya, setelah dilantik dia langsung mengumpulkan semua deputi dan staf di komisi itu. ”Dalam rapat itu kami menyatukan langkah agar kompak,” kata Antasari.

Abdullah Hehamahua, penasihat lama KPK yang kini diangkat kembali oleh Antasari, merasa pertemuan itu efektif meredam keresahan internal. Dalam pertemuan itu, kata Abdullah, Antasari secara tegas mengatakan bahwa dia tidak akan mengubah kode etik dan standar penerimaan kepegawaian di komisi itu.

Kalau ada perbedaan antara pimpinan yang lama dan yang baru, kata Abdullah, itu soal perbedaan gaya dan selera saja. ”Ada yang selera nasi gudeg dan ada yang senang nasi Padang, tapi dua-duanya empat sehat lima sempurna,” kata Abdullah.

Wenseslaus Manggut, Abdul Manan, Retno

Majalah Tempo
Edisi. 46/XXXVI/07 – 13 Januari 2008

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.