Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
14 June 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Reportase»Antara Astagfirullah dan Alhamdulillah

Antara Astagfirullah dan Alhamdulillah

Abdul Manan14 October 2007
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
Dukungan terhadap apa yang diperjuangkan organisasi Islam radikal cenderung turun. Tapi yang setuju masih signifikan.

INI berita buruk bagi mereka yang mengidolakan Islam garis keras. Hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan dukungan terhadap organisasi Islam radikal dalam tiga tahun belakangan ini cenderung menurun. ”Kecenderungan turunnya signifikan,” kata Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani, ketika menyampaikan temuan lembaganya pada Jumat pekan lalu. Survei ini melibatkan 1.200 responden di semua provinsi di Indonesia.

Bagi Saiful, hasil jajak pendapat ini tak mengejutkan. Survei yang dilakukan secara konsisten sejak 2005 ini juga menemukan kecenderungan menurunnya orientasi nilai politik Islamis dibanding nilai politik sekuler. Sebanyak 57 persen responden mengaku memegang nilai politik sekuler, 33 Islamis, dan 10 tak bersikap.

Lembaga yang dikategorikan sebagai organisasi gerakan Islam di sini adalah organisasi yang dibangun atas dasar nilai-nilai Islamis, yang bertujuan menyebarkan nilai Islamis atau membela Islam dari kekuatan yang dianggap mengancam Islam. Mereka antara lain Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Front Pembela Islam (FPI), Jamaah Islamiyah, Pesantren Ngruki, Hizbut Tahrir Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Umumnya responden menyatakan tak setuju terhadap perjuangan Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin, atau Hizbut Tahrir (lihat tabel). Fakta ini disebabkan banyak faktor, di antaranya paparan media massa. ”Banyaknya pemberitaan media terhadap aksi sweeping yang dilakukan FPI juga mempengaruhi turunnya persetujuan responden,” kata Saiful. Faktor lainnya, keterbatasan tenaga dan sumber dana. Yang juga tak boleh diabaikan adalah perlawanan dari masyarakat yang sebagian berpaham sekuler. Ia menyebut kekalahan calon PKS dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta sebagai salah satu bentuk perlawanan kelompok sekuler. Dari keseluruhan responden, ”Yang terlibat aktif pada organisasi-organisasi itu di bawah 2 persen,” kata Saiful.

Ketua I DPP FPI Ahmad Sobri Lubis tak mempedulikan hasil survei itu. ”Itu kan hanya survei. Bisa jadi, yang disurvei memang tidak tahu,” kata Sobri. Temuan itu, kata dia, tak mencerminkan keadaan sebenarnya. ”Di lapangan, perjuangan kami mendapat dukungan luas.” Ketua Pusat Data dan Informasi Majelis Mujahidin Indonesia Fauzan Al-Anshari punya pandangan sama. ”Temuan ini aneh. Saya yang berada di lapangan dan melakukan sosialisasi justru melihat animo masyarakat luar biasa,” kata Fauzan.

Dia mengaku lebih percaya pada temuan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada 2004. Lembaga itu menemukan bahwa dukungan terhadap syariat Islam mencapai 75 persen. ”Jumlah itu lebih rasional karena muslim Indonesia jumlahnya sekitar 88 persen dari total penduduk,” kata Fauzan.

Menurut dia, berkurangnya dukungan itu juga dipicu oleh pemberitaan media yang menyorot sisi negatif dari aktivitas gerakan Islam radikal seperti MMI dan FPI. Ia menyebut soal pemberitaan sweeping terhadap tempat hiburan. ”Yang disorot media sisi negatifnya saja,” kata Fauzan. Sobri Lubis menyetujui Fauzan. ”Kampanye buruk media yang bisa jadi memicu lahirnya pendapat semacam itu,” katanya.

Fauzan juga tak setuju dengan hasil survei LSI yang menyebut kecenderungan masyarakat semakin sekuler. Kalaupun ada, gejala itu hanya di perkotaan. Namun dia juga mengakui bahwa nilai-nilai syariat Islam yang diperjuangkan MMI, termasuk upaya mendorong syariat Islam dan lahirnya KUHP syariat Islam, kurang tersosialisasi kepada masyarakat luas. ”Karena ustad di tingkat bawah masih banyak sosialisasi tentang akhlak,” kata dia.

Pendapat berbeda datang dari aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL)—organisasi yang gencar menyerang pandangan Islam radikal. ”Saya berkomentar alhamdulillah dan astagfirullah mendengar temuan ini,” kata Hamid Basyaib, salah satu aktivis JIL. ”Alhamdulillah karena sebagian besar masyarakat masih berpandangan sekuler. Astagfirullah karena yang mendukung Islam garis keras masih 33 persen,” kata dia.

Namun Hamid juga tetap bersyukur bahwa sikap 33 persen itu tak tercermin pada dukungan terhadap partai politik berbasis Islam. Dalam survei LSI ini juga ditemukan, responden yang akan memilih mencoblos partai Islamis, yaitu PPP dan PKS, cenderung stagnan dari 5 sampai 7 persen. ”Sentimen terhadap dua partai Islamis itu cenderung stagnan, kalau bukan menurun,” kata Saiful.

Abdul Manan
Majalah Tempo
Edisi. 34/XXXVI/15 – 21 Oktober 2007

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp

Related Posts

Manis-Pahit Budi Daya Keramba Jaring Apung

27 October 2024

Kenangan Pudar di Danau Maninjau

27 October 2024

Havana Syndrome Operasi Unit 29155 GRU Rusia?

3 April 2024

Eks Intelijen Austria Ditahan karena Spionase

2 April 2024

Jenderal Dudung soal Kebijakan TNI AD, Papua dan Revisi UU TNI

22 May 2023

Surya Paloh soal Panas Dingin Hubungannya dengan Jokowi

15 May 2023
View 1 Comment

1 Comment

  1. Andri Faisal on 8 May 2009 09:15

    yah masa dibilang partai demokrat 20%. lima persen aja sudah syukur
    http://pendengardakta.blogspot.com/2009/02/partai-demokrat-mendapat-5-suara-saja.html

    Reply
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.