Close Menu
abdulmanan.netabdulmanan.net
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
Facebook X (Twitter) Instagram
18 May 2025
abdulmanan.netabdulmanan.net
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Beranda
  • About
  • Reportase
  • Artikel
  • Spy Stories
  • Publikasi
abdulmanan.netabdulmanan.net
Home»Surga Kaum Pedofil

Surga Kaum Pedofil

Abdul Manan27 March 2017
Default Image
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

AHMAD Sofian melihat dengan waswas perkembangan pornografi anak di Indonesia. Peneliti ECPAT Indonesia ini risau terhadap hasil dua kali riset yang pernah dia lakukan bersama timnya. Temuan riset pada 2015 memperkuat temuan pada tahun sebelumnya.

“Riset terbaru menunjukkan kejahatan seksual online tak hanya terjadi di kota besar, tapi juga sudah merasuk ke seluruh wilayah yang terjangkau jaringan Internet dan smartphone,” kata Sofian, yang juga pengajar hukum bisnis Universitas Bina Nusantara Jakarta, Kamis pekan lalu.

Laporan penelitian terakhir ECPAT Indonesia berjudul “Studi Global Eksploitasi Sexual Anak dalam Perjalanan dan Wisata di Indonesia” terbit pada 2016. Laporan setebal 62 halaman itu antara lain mengungkap “sisi gelap” pariwisata di Indonesia. Jumlah wisatawan, menurut riset itu, tumbuh setiap tahun. Tapi, di balik semua itu, ada dampak samping yang mencemaskan: maraknya wisata seks anak.

Jenis wisata seks anak, menurut Sofian, bermacam-macam. Ada prostitusi anak secara offline, seperti yang terjadi di kafe, hotel, klub malam, ruang karaoke, dan apartemen. Ada juga prostitusi anak secara online yang marak seiring dengan meningkatnya akses terhadap Internet dan penggunaan telepon pintar. Penutupan sejumlah tempat lokalisasi yang berbarengan dengan mudahnya akses terhadap media sosial, menurut penelitian Sofian dkk, “mengalihkan transaksi seks dari jalanan ke online”.

Penelitian ECPAT juga memberi catatan khusus soal Indonesia yang kerap menjadi persinggahan pedofil buron mancanegara. Termasuk di antaranya kasus yang melibatkan William Vahey, warga Amerika Serikat yang pernah mengajar di Jakarta International School pada 1992-2002.

Selama Vahey berada di Indonesia, polisi memang tak membongkar kasus pedofilia yang melibatkan dia. Tapi belakangan Biro Penyelidik Federal (FBI) Amerika Serikat mengumumkan Vahey sebagai salah satu pedofil buruan mereka. Vahey biasanya mengincar anak lelaki berusia 12-14 tahun. Dia berpindah-pindah sekolah untuk mencari mangsa. Pria kelahiran West Point, New York, pada 1949 itu pernah mengajar di sejumlah negara, termasuk di Libanon, Spanyol, Yunani, Arab Saudi, dan Venezuela. Vahey meninggal karena bunuh diri pada 21 Maret 2014 di Luverne, Minnesota, Amerika, dengan menusuk dadanya.

Kasus lain yang terbongkar belum lama ini melibatkan pedofil asal Australia, Robert Andrew Fiddes Ellis. Pada 2010, pria kelahiran Melbourne, 70 tahun silam, ini pernah masuk radar organisasi perlindungan anak, Lentera Anak Bali. Kala itu Andrew tepergok “mendekati” anak-anak jalanan di Kuta, Bali. Sempat menghilang, ia kembali ke Bali pada 2013. Polisi menangkap Andrew pada 11 Januari 2016. Pada 25 Oktober 2016, Pengadilan Negeri Denpasar menghukum Andrew 15 tahun penjara dan denda Rp 2 miliar karena terbukti mencabuli anak-anak.

Penangkapan Andrew mengungkap sisi gelap dari gemerlap wisata Bali. Dari tiga kota yang diteliti ECPAT, Bali–yang pada 2014 dikunjungi 3,7 juta wisatawan asing–menjadi kota dengan kasus pedofilia paling tinggi. Selama 2001-2013, pelaku pedofilia datang ke Bali dari berbagai negara. Yang terungkap adalah pedofil asal Belanda (tiga kasus), Italia (dua kasus), Prancis (dua kasus), Australia (dua kasus), Jerman (satu kasus), Swiss (satu kasus), dan Afrika Selatan (satu kasus). Menurut riset ECPAT, para pedofil yang singgah di Bali memiliki kesamaan ciri: rata-rata berusia di atas 50 tahun, pensiunan pegawai, dan datang sendirian dengan alasan berlibur.

Menurut Direktur Institute for Criminal Justice Reform Supriyadi Widodo, kasus pedofilia terus berulang karena belum tegaknya hukum perlindungan anak di negeri ini. Dia yakin kasus pedofilia yang masuk ke pengadilan jauh lebih sedikit ketimbang kasus yang tak pernah terungkap. “Yang lebih gawat justru kasus yang tak masuk pengadilan,” ujar Supriyadi.

Abdul Manan

Majalah Tempo, Rubrik Hukum, 27 Maret 2017

eksploitasi seksual pedofilia prostitusi
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email WhatsApp
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

About
About

Memulai karir sebagai koresponden Majalah D&R di Surabaya pada 1996 sampai 1999. Setelah itu menjadi editor Harian Nusa, Denpasar (1999-2001), bergabung ke Tempo sejak 2001 sampai sekarang.

Facebook X (Twitter) Instagram
Artikel Populer

Bebas Memilih di Bilik Wartel

24 April 2007

Cek Palsu di Manhattan

25 September 2007

Naga Hijau: Antara Ada dan Tiada

25 January 1997
Arsip
Artikel Lainnya

Korea Selatan Luncurkan Satelit Mata-mata ke-4 untuk Awasi Korea Utara

26 April 2025

Mantan Manajer Petronas Didakwa dengan Spionase Bisnis

24 April 2025

Protes AP ke Gedung Putih dan Isu Amandemen Pertama

15 February 2025
Label
Al-Qaeda Alexander Litvinenko Amerika Serikat Arab Saudi Barack Obama Barisan Nasional Biro Penyelidik Federal (FBI) AS Central Intelligence Agency (CIA) CIA Cina Donald Trump Edward Snowden Federasi Rusia GCHQ Greenpeace Hamas Indonesia Inggris Iran Israel Jerman Joko Widodo Journalism KGB Korea Selatan Korea Utara Mahatir Mohamad Malaysia Mossad Najib Razak National Security Agency (NSA) Osama bin Laden Pakatan Harapan Pakistan Palestina Politics Rusia Secret Intelligence Service (MI6) Security Service Inggris (MI5) Serangan 11 September 2001 spionase Uni Eropa Uni Sovyet US Navy SEALs Vladimir Putin
© 2025 abdulmanan.net | blog personal abdul manan

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.