Skip to main content

Faktor Albania di Senjata Kimia Suriah

Den Haag - Kerjasama penuh dari Pemerintah Bashar al-Assad tak lantas membuat penghancuran senjata kimia Suriah berjalan mulus. Saat proses ini memasuki tahapan lebih krusial, Albania, negara yang diminta menjadi tuan rumah penghancuran senjata mematikan itu, menyatakan tak bisa ikut dalam operasi yang inisiatifnya berasal dari Rusia dan Amerika Serikat ini.


Penolakan Albania menandai sikap yang jarang dan belum pernah terjadi sebelumnya mengingat permintaan itu datang dari sekutu tradisionalnya, yaitu Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pemusnahan senjata kimia ini merupakan salah satu rangkaian diplomasi untuk mengakhiri konflik di negara yang sudah berlangsung tiga tahun dan menewaskan sekitar 100.000 orang.

"Tidak mungkin bagi Albania untuk terlibat dalam operasi ini. Kami tidak memiliki kapasitas yang diperlukan untuk terlibat," kata Perdana Menteri Albania Edi Rama dalam pidato di televisi, Jumat lalu. Meski tak disebutkan secara eksplisit, penolakan publik Albania juga menjadi penyebab pemerintah di Tirana mengatakan "tidak" atas permintaan Washington.

Ratusan demonstran turun ke jalan-jalan di Tirana, ibukota Albania, Jumat lalu. Mereka mengecam rencana menjadikan Albania sebagai tempat penghancuran senjata kimia Suriah karena khawatir atas dampaknya. Pengumuman Rama di televisi Jumat lalu itu disambut tepuk tangan sekitar 2.000 pengunjuk rasa yang berkemah di luar kantor sang perdana menteri.

Bukan tanpa sebab AS meminta negara dengan penduduk 2,8 juta di Mediterania itu untuk menjadi tuan rumah pemusnahan senjata kimia. Albania adalah satu dari tiga negara yang mengakui memiliki senjata kimia kepada Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), dan sudah memusnahkannya. Dua lainnya, Rusia dan Amerika, belum menyelesaikan penghancurannya sesuai rencana dan tenggat yang ditetapkan.

Tapi, Albania pernah punya masalah dengan penyimpanan amunisi. Pada Maret 2008, sebuah gudang amunisi di Gerdec, dekat Tirana, meledak dan menewaskan 26 orang dan merusak sekitar 5.500 rumah. Hasil penyelidikan menunjukkan, insiden itu ternyata disebabkan oleh rokok, yang kemudian memicu kebakaran di pabrik yang menyimpan sekitar 1.400 ton bahan peledak, dan artileri yang sebagian sudah usang.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Jen Psaki berusaha mengecilkan dampak dari keputusan Albania dengan mengatakan ada beberapa negara lain yang "mempertimbangkan secara serius" untuk menjadi tuan rumah bagi upaya penghancuran senjata kimia. Amerika Serikat, kata Psaki, berharap batas waktu penghancuran senjata akan terpenuhi meskipun ada penolakan Albania.

Direktur Jenderal OPCW Ahmet Uzumcu mengatakan, program penghancuran senjata kimia ini memiliki peta jalan yang jelas dan target yang ambisius. Ia menyebut tahap berikutnya, yaitu proses penghancuran fasilitas senjata kimia, pengiriman senjata kimia ke luar negeri dan pemusnahannya "sebagai masalah yang paling menantang."

Jumat lalu, OPCW mengadopsi jadwal akhir dari program penghancuran senjata kimia ini. Penghancuran fasilitas senjata kimia di Suriah akan mulai dilakukan pada 15 Desember 2013 hingga 15 Maret 2013. Penghancuran senjata kimianya akan dilakukan di luar Suriah, April 2014. "Target waktu sudah ditentukan dan OPCW yakin ada alternatif negara lain sebagai tempat penghancuran," kata Malik Ellahi, penasihat politik Uzumcu.

Abdul Manan (Reuters | Guardian | Al-akhbar.com | CNN)

Comments

Popular posts from this blog

Melacak Akar Terorisme di Indonesia

Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jemaah Islamiyah Penulis: Solahudin Penerbit: University of New South Wales, Australia Cetakan: Juli 2013 Halaman: 236