Skip to main content

Marina Litvinenko Menuntut Ada Penyelidikan Publik

London - Marina Litvinenko, janda pembangkang Rusia, Alexander Litvinenko, secara "berani " memutuskan untuk melanjutkan perjuangannya dengan memaksa adanya penyelidikan publik atas kematian suaminya. Litvinenko tewas setelah diracun di London tahun 2006.
Pekan lalu, Marina Litvinenko menangis saat mengatakan dirinya akan terus berjuang untuk mendanai perjuangannya melawan keputusan pemerintah Inggris, yang menunggu hasil dari pemeriksaan normal sebelum memutuskan apakah harus ada penyelidikan yang lebih luas cakupannya.

Litvinenko mengatakan, dirinya ingin mendapatkan "kebenaran" tentang bagaimana suaminya, mantan mata-mata Rusia KGB, meninggal tujuh tahun yang lalu.

Dia meminta bantuan dana kepada masyarakat Inggris untuk membiayai kasusnya. Sebelumnya, hakim pengadilan tinggi menolak pada Kamis lalu untuk melindunginya terhadap biaya yang berpotensi membuatnya kehilangan uang hingga £ 40 ribu jika dia kalah.

Pada hari Senin, 7 Oktober 2013, pengacaranya, Elena Tsirlina, mengumumkan: "Mrs Litvinenko telah membuat keputusan yang berani untuk mengajukan judicial review melawan keputusan Menteri Dalam Negeri yang tidak akan mengadakan penyelidikan publik, dan untuk terus berjuang demi mengungkap kebenaran tentang kematian suaminya, meskipun menghadapi kesulitan."

"Kami telah diberi tahu hari ini oleh pengadilan dan semua pihak atas hal yang sama. Mrs Litvinenko bersyukur kepada publik di Inggris dan luar negeri untuk semua dukungannya," kata Elena.

Litvinenko ingin pengadilan tinggi di London menyatakan Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May salah karena tidak memerintahkan penyelidikan publik dalam kematian suaminya tahun 2006.

Alexander Litvinenko diracun dengan radioaktif polonium-210 saat minum teh bersama dua orang Rusia, salah satunya adalah mantan pejabat KGB, di Hotel Milenium di Grosvenor Square, London. Litvinenko kemudian meninggal. Marina percaya suaminya bekerja untuk badan intelijen Inggris, MI6, pada saat kematiannya, dan dibunuh atas perintah pemerintah Kremlin.

Ben Emerson QC memberi tahu Marina Litvinenko di pengadilan pekan lalu bahwa ia mempertaruhkan hampir "semua aset yang bisa dia akses" untuk mendapatkan kebenaran dengan meluncurkan permintaan judicial review.

Emerson mengatakan, "Pemerintah Inggris dalam posisi memiliki bukti yang menunjukkan setidaknya ada bukti awal bahwa pembunuhan itu diperintahkan oleh pejabat pemerintah Rusia."

Koroner Sir Robert Owen, yang meminta penyelidikan publik, mengatakan bahwa ia tidak bisa mendengar bukti di depan umum pada pemeriksaan normal soal dugaan keterlibatan negara Rusia dalam kematian Litvinenko. Koroner adalah pejabat publik yang menginvestigasi kasus pembunuhan.

Meskipun ada permintaan dari Owen, Menteri Dalam Negeri Inggris memutuskan bahwa pemeriksaan harus dilanjutkan, dan mengadopsi sikap "tunggu dan lihat", apakah penyelidikan umum atau bentuk lain dari penyelidikan lebih lanjut mungkin diperlukan nanti.

Pengadilan tinggi saat ini yang akan memutuskan apakah Marina Litvinenko memiliki "kasus yang diperdebatkan", yang harus dilanjutkan dalam sidang penuh.

GUARDIAN | ABDUL MANAN

Comments

Popular posts from this blog

Melacak Akar Terorisme di Indonesia

Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jemaah Islamiyah Penulis: Solahudin Penerbit: University of New South Wales, Australia Cetakan: Juli 2013 Halaman: 236